Kesadaran akan penerapan disiplin
masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, di mana pembiasaan positif yang
diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut reward dan punishment.
Komunikasi yang dibangun masih satu arah, peran atau kontrol guru belum sampai
pada tahap manajer melainkan sebagai hakim bagi murid.
Bagaimana mendisiplinkan peserta didik
bermula dari kesadaran, dan menumbuhkan motivasi intrinsik. Bagaimana disiplin
dan budaya poisitif yang sudah ada dan menonjol dapat tumbuh dan berkembang
menjadi karakter semua warga sekolah. Bagaimana Budaya positif di sekolah yang
harus dikembangkan guru untuk mewujudkan karakter atau profil pelajar
Pancasila. Salah satu penerapan disiplin positif, yaitu dengan adanya Salat
Dhuha, dan budaya positif bisa dibangun melalui Gerakan Literasi Sekolah.
Dalam mewujudkan Visi sekolah, erat
kaitannya bagaimana seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga
sekolah bersinergi saling menguatkan dan menumbuhkan karakter positif melalui
pembiasaan-pembiasaan positif. Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas,
sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi sekolah.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan disiplin positif di sekolah. yaitu dengan dilaksanakannya Salat Dhuha berjamaah sebelum pembelajaran dimulai, dan strategi yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, di antaranya mengaktifkan kegiatan literasi sekolah, sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar.
Dalam dunia pendidikan, membaca merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting. Dengan membaca akan diperoleh berbagai informasi dan pengetahuan baru. Sekolah sebagai lembaga formal memiliki peran penting dalam menanamkan budaya dan karakter baik kepada peserta didik.
Salah satu pembelajaran yang
menanamkan budaya dan karakter kepada peserta didik yakni diberi pengenalan dan
pemahaman dalam mencari sumber pengetahuan dan informasi dengan cara
berliterasi. Gerakan Literasi menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik
melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Program Gerakan Literasi Sekolah
diterapkan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan,
dan tahap pembelajaran. Saat ini, kemampuan literasi siswa masih rendah. Hal
tersebut dapat dilihat dari kegiatan siswa yang lebih gemar bermain gadget
daripada membaca buku atau bacaan yang lainnya. Selain itu, siswa cenderung
bertanya sebelum membaca, padahal hal yang ditanyakan sudah diberikan informasi
secara lengkap. Maka dari itu, minat siswa dalam hal membaca perlu
ditingkatkan, salah satunya dengan mengembangkan gerakan literasi.
Pembiasaan di SMPN 4 Sindangkerta
Berdasarkan hal di atas, untuk
penerapan budaya positif melalui Salat Dhuha dan pembiasaan literasi Siswa SMPN
4 Sindangkerta, maka penulis mengambil langkah tindakan ini dengan
mensosialisasikan Salat Dhuha dan program literasi kepada seluruh guru,
kemudian berkolaborasi bersama seluruh dewan guru dan siswa untuk menyusun dan
menyepakati jadwal pelaksanaan Salat Dhuha dan GLS.
Selanjutnya, Penulis mengajak guru berkolaborasi untuk
menyepakati teknis pelaksanaan Salat Dhuha dan melaksanakan kegiatan literasi
setiap 20 menit sebelum memulai jam pelajaran dengan tujuan utamanya untuk
menumbuhkan minat membaca murid dan memiliki budi pekerti luhur yang senantiasa
tertanam dalam jiwanya dengan karakter yang baik melalui ketaatan pada Salat
Dhuha dan berkomitmen untuk melaksanakan pembiasaan dalam berliterasi, serta
memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam membaca, melihat, menyimak, menulis,
dan berbicara sehingga proses pembelajaran dapat menarik perhatian dan minat
murid dalam belajar.
Dalam kegiatan literasi, guru dan
murid juga dapat memanfaatkan pojok baca dan perpustakaan yang telah disediakan
disekolah dengan memanfaatkan waktu luang untuk dapat membaca buku-buku
nonpelajaran misalkan buku cerita rakyat, buku cerita bergambar dan buku mata
pelajaran lainnya sehingga dapat menambah wawasan, keterampilan dan pengetahuan
dalam membaca.
Pembiasaan kali ini dalam rangka
menumbuhkembangkan disiplin positif dan budaya positif yang sudah ada
disekolah. Mengajak semua pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan
dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke
semua warga sekolah. Dalam mengembangkan budaya positif di sekolah kami
melaksanakan dan membuat jadwal Salat Dhuha sebelum pembelajaran dimulai.
Selain pelaksanaan Salat Dhuha, untuk
menumbuhkembangkan budaya positif kami mengaktifkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS). Kegiatan GLS dilakukan dalam tiga
tahapan, yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran.
Pertama, tahap pembiasaan yang dilakukan yaitu mengadakan kegiatan wajib
membaca buku non-pelajaran selama 20 menit (membaca senyap) setiap hari Rabu dan
Kamis sebelum pembelajaran dimulai.
Kedua, tahap pengembangan yang
dilakukan yaitu adanya kegiatan lanjutan dengan memberi tanggapan dari buku
yang telah dibaca. Peserta didik diminta untuk membuat reviu dari buku yang
telah mereka baca dengan model AIH, Y-Chart, ataupun Fish bone. Kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu pengembangan literasi melalui program TMBB (Tantangan
Membaca Bandung Barat). Kegiatan ini mengubah sikap peserta didik yang tadinya malu-malu dan tidak percaya
diri, menjadi cukup berani dalam menyampaikan cerita.
Cara mengubah sikap dari peserta didik
tak lain adanya motivasi dari guru sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk
tahap pembelajaran peserta didik diminta untuk membaca buku pengetahuan umum,
atau buku-buku yang dikaitkan dengan mata pelajaran.
Tolok ukur keberhasilan
- Yang menjadi tolok ukur pada pelaksanaan aksi nyata ini meliputi beberapa hal sebagai berikut.
- Terlaksananya Salat
Dhuha secara konsisten dan berkelanjutan;
- Terwujudnya kegiatan
Gerakan Literasi Sekolah (GLS);
- Terwujudnya peserta
didik yang memiliki sifat disiplin dan konsisten terhadap Salat Dhuha;
- Terciptanya peserta
didik yang literat;
- Terciptanya
kolaborasi Antara peserta didik, guru, dan orang tua peserta didik, sebelum, selama, dan setelah proses
pembelajaran berlangsung.
Linimasa tindakan yang akan dilakukan
- Sosialisasi Budaya positif kepada semua pemangku kepentingan di sekolah
- Memfasilitasi Salat
Dhuha dan kesepakatan aturan sekolah
- Membudayakan kebiasaan positif di sekolah yaitu dengan pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah
- Melaksanakan
evaluasi dan refleksi pada kegiatan aksi nyata.
Dukungan yang dibutuhkan
- Kepala sekolah, wali kelas, guru, tim GLS, tenaga kependidikan, murid, dan komite yang terlibat dalam pelaksanaan GLS.
- Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah bertanggungjawab atas pelaksanaan Salat Dhuha dan pelaksanaan kegiatan pembiasaan literasi (GLS)
- Tim GLS mengarahkan, memonitor, dan mengontrol rencana ini agar berjalan lancar dan melaporkannya kepada kepala sekolah.
- Sarana dan prasarana, baik buku-buku mata pelajaran maupun buku-buku non mata pelajaran, atau peralatan lain yang dibutuhkan saat peserta didik presentasi revieu buku bacaan.