Notification

×

Arsip Blog

PENERAPAN BUDAYA POSITIF MELALUI PEMBIASAAN SALAT DHUHA DAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Jumat, 10 Maret 2023 | 20.16 WIB Last Updated 2023-03-10T13:25:46Z

Oleh: Sri Sunarti, S.Pd., M.Pd
(Kepala SMPN 4 Sindangkerta)

 

Kesadaran akan penerapan disiplin masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, di mana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut reward dan punishment. Komunikasi yang dibangun masih satu arah, peran atau kontrol guru belum sampai pada tahap manajer melainkan sebagai hakim bagi murid.

Bagaimana mendisiplinkan peserta didik bermula dari kesadaran, dan menumbuhkan motivasi intrinsik. Bagaimana disiplin dan budaya poisitif yang sudah ada dan menonjol dapat tumbuh dan berkembang menjadi karakter semua warga sekolah. Bagaimana Budaya positif di sekolah yang harus dikembangkan guru untuk mewujudkan karakter atau profil pelajar Pancasila. Salah satu penerapan disiplin positif, yaitu dengan adanya Salat Dhuha, dan budaya positif bisa dibangun melalui Gerakan Literasi Sekolah.

Dalam mewujudkan Visi sekolah, erat kaitannya bagaimana seluruh pemangku kepentingan dalam hal ini seluruh warga sekolah bersinergi saling menguatkan dan menumbuhkan karakter positif melalui pembiasaan-pembiasaan positif. Bagaimana menumbuhkan budaya positif di kelas, sehingga menjadi budaya positif di sekolah dan menjadi visi sekolah.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menerapkan disiplin positif di sekolah. yaitu dengan dilaksanakannya Salat Dhuha berjamaah sebelum pembelajaran dimulai, dan strategi yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan budaya positif di sekolah dengan memanfaatkan sumber yang dimiliki, di antaranya mengaktifkan kegiatan literasi sekolah, sehingga akan berpengaruh pada pola dan kebiasaan dalam belajar.

Dalam dunia pendidikan, membaca merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting. Dengan membaca akan diperoleh berbagai informasi dan pengetahuan baru. Sekolah sebagai lembaga formal memiliki peran penting dalam menanamkan budaya dan karakter baik kepada peserta didik.

Salah satu pembelajaran yang menanamkan budaya dan karakter kepada peserta didik yakni diberi pengenalan dan pemahaman dalam mencari sumber pengetahuan dan informasi dengan cara berliterasi. Gerakan Literasi menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. 

Program Gerakan Literasi Sekolah diterapkan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Saat ini, kemampuan literasi siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan siswa yang lebih gemar bermain gadget daripada membaca buku atau bacaan yang lainnya. Selain itu, siswa cenderung bertanya sebelum membaca, padahal hal yang ditanyakan sudah diberikan informasi secara lengkap. Maka dari itu, minat siswa dalam hal membaca perlu ditingkatkan, salah satunya dengan mengembangkan gerakan literasi.

 

Pembiasaan di SMPN 4 Sindangkerta

Berdasarkan hal di atas, untuk penerapan budaya positif melalui Salat Dhuha dan pembiasaan literasi Siswa SMPN 4 Sindangkerta, maka penulis mengambil langkah tindakan ini dengan mensosialisasikan Salat Dhuha dan program literasi kepada seluruh guru, kemudian berkolaborasi bersama seluruh dewan guru dan siswa untuk menyusun dan menyepakati jadwal pelaksanaan Salat Dhuha dan GLS.

Selanjutnya,  Penulis mengajak guru berkolaborasi untuk menyepakati teknis pelaksanaan Salat Dhuha dan melaksanakan kegiatan literasi setiap 20 menit sebelum memulai jam pelajaran dengan tujuan utamanya untuk menumbuhkan minat membaca murid dan memiliki budi pekerti luhur yang senantiasa tertanam dalam jiwanya dengan karakter yang baik melalui ketaatan pada Salat Dhuha dan berkomitmen untuk melaksanakan pembiasaan dalam berliterasi, serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara sehingga proses pembelajaran dapat menarik perhatian dan minat murid dalam belajar.

Dalam kegiatan literasi, guru dan murid juga dapat memanfaatkan pojok baca dan perpustakaan yang telah disediakan disekolah dengan memanfaatkan waktu luang untuk dapat membaca buku-buku nonpelajaran misalkan buku cerita rakyat, buku cerita bergambar dan buku mata pelajaran lainnya sehingga dapat menambah wawasan, keterampilan dan pengetahuan dalam membaca.

Pembiasaan kali ini dalam rangka menumbuhkembangkan disiplin positif dan budaya positif yang sudah ada disekolah. Mengajak semua pemangku kepentingan untuk senantiasa melestarikan dan menjaga hal-hal baik dan positif agar terus mengakar dan menyeluruh ke semua warga sekolah. Dalam mengembangkan budaya positif di sekolah kami melaksanakan dan membuat jadwal Salat Dhuha sebelum pembelajaran dimulai.

Selain pelaksanaan Salat Dhuha, untuk menumbuhkembangkan budaya positif kami mengaktifkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Kegiatan GLS  dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Pertama, tahap pembiasaan yang dilakukan yaitu mengadakan kegiatan wajib membaca buku non-pelajaran selama 20 menit (membaca senyap) setiap hari Rabu dan Kamis sebelum pembelajaran dimulai.

Kedua, tahap pengembangan yang dilakukan yaitu adanya kegiatan lanjutan dengan memberi tanggapan dari buku yang telah dibaca. Peserta didik diminta untuk membuat reviu dari buku yang telah mereka baca dengan model AIH, Y-Chart, ataupun Fish bone. Kegiatan yang dilaksanakan, yaitu pengembangan literasi melalui program TMBB (Tantangan Membaca Bandung Barat). Kegiatan ini mengubah sikap peserta didik  yang tadinya malu-malu dan tidak percaya diri, menjadi cukup berani dalam menyampaikan cerita.

Cara mengubah sikap dari peserta didik tak lain adanya motivasi dari guru sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk tahap pembelajaran peserta didik diminta untuk membaca buku pengetahuan umum, atau buku-buku yang dikaitkan dengan mata pelajaran.

 

Tolok ukur keberhasilan

  1. Yang menjadi tolok ukur pada pelaksanaan aksi nyata ini meliputi beberapa hal sebagai berikut.
  2. Terlaksananya Salat Dhuha secara konsisten dan berkelanjutan;
  3. Terwujudnya kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS);
  4. Terwujudnya peserta didik yang memiliki sifat disiplin dan konsisten terhadap Salat Dhuha;
  5. Terciptanya peserta didik yang literat;
  6. Terciptanya kolaborasi Antara peserta didik, guru, dan orang tua peserta didik,  sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran  berlangsung.

 

 Linimasa tindakan yang akan dilakukan

  1. Sosialisasi Budaya positif kepada semua pemangku kepentingan di sekolah
  2. Memfasilitasi Salat Dhuha dan kesepakatan aturan sekolah
  3.  Membudayakan kebiasaan positif di sekolah yaitu dengan pelaksaan Gerakan Literasi Sekolah
  4. Melaksanakan evaluasi dan refleksi pada kegiatan aksi nyata.

 

Dukungan yang dibutuhkan

  1. Kepala sekolah, wali kelas, guru, tim GLS, tenaga kependidikan, murid, dan komite yang terlibat dalam pelaksanaan GLS.
  2. Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah bertanggungjawab atas pelaksanaan Salat Dhuha dan pelaksanaan kegiatan pembiasaan literasi (GLS)
  3. Tim GLS mengarahkan, memonitor, dan mengontrol rencana ini agar berjalan lancar dan melaporkannya kepada kepala sekolah.
  4. Sarana dan prasarana, baik buku-buku mata pelajaran maupun buku-buku non mata pelajaran, atau peralatan lain yang dibutuhkan saat peserta didik presentasi revieu buku bacaan.


×
               
         
close