Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA
(Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia)
Titimangsa 1993. Tiga puluh satu tahun lalu. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat waktu itu, Bapak Udin Koswara, sedang gundah. Ia sangat prihatin dengan kondisi Pendidikan di Jawa Barat yang belum baik, malah ada kesan jauh panggang dari api.
Pada tahun 1993, dari jumlah Sekolah Dasar (SD) di Jabar sebanyak lebih dari 25.000 unit, sekitar 70 % rusak berat, karena selain dimakan usia (life time) juga banyak sekolah yang terkena bencana alam. Kondisi Guru SD juga memprihatinkan, dari jumlah kebutuhan guru SD di Jabar sebanyak lebih dari 225.000 guru kelas dan guru mata pelajaran, hanya bisa dipenuhi oleh guru sebanyak 140.000 orang dengan kualitas yang beragam. Padahal saat itu, jumlah siswa SD di Jabar yang berjumlah 5,5 juta orang membutuhkan layanan Pendidikan. Mereka haus belajar. Mereka mendambakan layanan pendidikan yang bermutu. ”Saya selaku Kepala Dinas P dan K Provinsi Jawa Barat merasa prihatin melihat kondisi SD yg serba kekurangan. Siswa yang seharusnya diberi pelayanan yang baik, belum bisa dipenuhi. Apalagi di saat itu, program pemerintah sedang mengawali program wajar Pendidikan Dasar Sembilan tahun (Wajardikdas 9 tahun)”, demikian ditegaskan pak Udin Koswara dalam suatu dialog singkat melalui Whatapp.
Di Tengah keprihatinan dan kegundahan tersebut, ide brilian muncul dari orang nomor satu yang paling bertanggung jawab dalam pendidikan/sekolah dasar di Jabar ini. Dalam benak pak Udin, demikian kami memanggilnya, perlu ada terobosan baru dalam mengatasi persoalan pendidikan di Tanah Pasundan ini. Dalam renungannya, dengan suasana keprihatinan yang mendalam, sebaiknya dicetuskan himbauan adanya partisipasi masayarakat dalam pembangunan sesuai Garis-garis Basar Pembangunan Nasional(GBHN) yang berlaku waktu itu. Ide dan hasil telaahan ini, dikonsultasikan beliau kepada Gubernur Jawa Barat waktu itu, HR.Nuriana. Yaitu Gerakan cinta almamater, himbauan kepada alumni SD yang sudah berkemampuan untuk menyumbang kepada masing-masing almamater sekolahnya sesuai kemampuan masing masing, dan langsung dikirim melalui Postwesel. Sumbangan tsb harus utuh sampai ke sekolah yang bersangkutan.
Gentra Masekdas
Kata “gentra” berasal dari Bahasa Sunda yang bermakna “memanggil”. Gentra Masekdas merupakan akronim dari Gerakan Cinta Almamater Sekolah Dasar. Gerakan ini dicanangkan oleh Gubernur Jawa Barat, HR Nuriana pada waktu itu, sebagai usaha agar masyarakat lebih mencintai dan peduli terhadap sekolah dasar tempat belajarnya dahulu.
Pada suatu upacara resmi di halaman Gedung Sate pertengahan 1993, Gubernur Jawa Barat mencanangkan gagasan Gentra Masekdas agar diketahui secara luas, terutama masyarakat Jawa Barat, dengan harapan himbauan tsb mendapat sambutan baik. Pada Upacara Launching Getra Masekdas tsb., Gubernur, Wakil Gubernur, Sekwilda dan Kepala Dinas P dan K masing masing menyumbang Rp 2 juta (dua juta rupiah), diserahkan langsung Kepala Sekolah Sekolah Dasar (SD) almamater masing- masing yang sengaja diundang untuk hadir pada acara launching Gentra Masekadas tersebut.
Seperti disampaikan, pak Udin Koswara, Alhamdulillah respon msyarakat sangat menopang. Gentra masekdas yang baru dicanangkan mendapat sambutan luar biasa dan perhatian besar dari berbagai kalangan. Media massa surat kabar, majalah dan televisi Bandung dan televisi Nasional secara gencar memberitakan gerakan tsb. Sumbangan deras diterima oleh Dinas P dan K kabupaten/kota dan dilaporkan kepada Dinas P dan K Provinsi dan media cetak dan elektronik dengan gegap gempita. Para Bupati dan Walikota di Jawa Barat, serta Rektor PTN dan PTS di Jawa Barat, juga merespon sangat positif program ini, termasuk Rektor IKIP Bandung, yang waktu itu dijabat oleh Prof. M.Abdul Kodir,MSc. dan Rektor IKIP Bandung berikutnya Prof.Dr. M.Fakry Gaffar, M.Ed.
Dalam perkembangan selanjutnya, Gentra Masekdas akhirnya menarik perhatian Ibu Try Soetrisno. Beliau salah seorang alumni SDN Cidadap Jalan Setiabudi Bandung yang saat itu beliau adalah isteri Wakil Presiden RI bapak Try Soetrisno. Pak Udin Koswara sebagai Kadis P dan K Jabar bersama Kepala SD Cidadap diundang oleh Ibu Try Soetrisno ke rumah dinas Wakil Presiden di Jakarta. Intinya beliau siap membantu dan menopang program ini, termasuk himbauan kepada para pengusaha nasional yang bergerak dan berusaha di Povinsi Jawa Barat agar lebih peduli dan partisipasi menyumbang untuk kesusksesan program Gentra Masekdas ini.
Ada beberapa pengalaman menarik dan unik dikemukakan pak Udin Koswara, dalam perkembangan Gentra Masekdas yang ia pimpin langsung dan koordinasi sampai ke lapangan.
Pertama, selama berbulan bulan, setiap hari dikerahkan sekitar 120 staf Dinas P & K mengetik mengisi Kartu Pos Wesel. Kantor Pos Besar Kota Bandung juga memperbantukan beberapa karyawannya mengetik kartu Pos Wesel, mungkin karena kelelahan beberapa orang sakit. Pada waktu itu, pengiriman bantuan uang biasanya melalui kiriman Pos Wesel sebagai jasa andalan Perum Pos.
Kedua, Dinas P dan K Jabar kerjasama dengan Surat Kabar Harian Umum Pikiran Rakyat pimpinan H Atang Ruswita (waktu itu). HU Pikiran Rakyat setiap hari memuat dalam rubrik khusus, daftar nama penyumbang Gentra Masekdas. Pak Atang Ruswita sebagai pimpinan HU PR, secara seloroh “mengancam” kalau nama -nama penyumbang sedikit rubrik akan ditutup karena nyangkut nama baik dan Reputasi HU PR. Ternyata hasilnya sungguh menggembirakan. Para penyumbang terus mengalir dan tambah banyak dan saking banyaknya supply data penyumbang dari Humas Dinas P dan K Jabar, membuat rubrik HU PR kewalalahan. Akhirnya, setelah beberapa bulan, pak Atang Ruswita minta maaf dan menutup rubrik menutup rubrik tsb.
Di tingkat Nasional (Pusat), program ini mendapat dukungan dari Wakil Presiden dan mantan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah, Mendikbud RI, Mendagri RI Yogi S Memet dan Mantan Mendagri Amir Mahmud dan Komisi XI DPR RI. Beberapa Gubernur di Provinsi lain juga menyatakan akan melaksanakan program sejenis dengan penyesuaian tertentu sesuai situasi dan kondisi daerah yang bersangkutan. Akhirnya program Gentra Masekdas menasional.
“New” Gentra Masekdas
Di Tengah persoalan pendidikan, terutama sekolah dasar saat ini, selain persoalan kualitas dan kuantitas, termasuk SDM guru dan latar belakang anak didik SD, Gerakan Gentra Masekdas model baru atau “New” Masekdas, saya pikir semangat ini perlu dihidupkan lagi. Kata ‘gentra’ bermakna memanggil. Yaitu memanggil para alumni pada satuan pendidikan manapun, untuk lebih peduli pada almamaternya dengan memberi perhatian dan dukungan apapun bentuknya. Dukungan tersebut memberi manfaat pada sekolah tempat mereka menimba ilmu sebelumnya. Gerakan untuk cinta almamater, sekaligus juga memberi perhatian dan stimulasi pada siswa yang saat ini sedang belajar di sekolah tersebut.
Gerakan Genta Masekdas, tetap relevan untuk terus dihidupkan kembali. Gentra Masekdas memberi makna “Gerakan lebih mencintai Almamater”. Ini usaha mulya dan sangat bagus yang memberi warna baru agar antara satuan pendidikan (PAUD,SD, SMP,SMA,SMK, PT, Universitas) terus membina hubungan dan komunikasi dengan para lulusannya dimanapun mereka berada. Gerakan cinta almamater ini sudah barang tentu disesuaikan dengan kondisi saat ini, yang pada ujungnya: Bagaimana almamater memberi layanan terbaik untuk generasi muda berikutnya.
Gentra Masekdas merupakan program lama yang tetap relevan saat ini. Program ini memberi nilai manfaat bukan hanya bagi sekolah yang bersangkutan, tetapi memberi spirit baru, semangat baru bagi layanan pendidikan. Bagaimana para alumnus berkiprah sebagai aset bangsa. Alumnus adalah sumberdaya potensial untuk pembangunaan bangsa.
Salam Gentra Masekdas!!!