Notification

×

Arsip Blog

Peran Guru Penggerak dalam Menggerakkan Komunitas Praktisi di Sekolah

Rabu, 15 Maret 2023 | 19.27 WIB Last Updated 2023-03-15T12:54:31Z

  


Oleh: Nenden Lia Amalia, S.Pd., S.Kom., M.Pd
(Kepala SMPN 3 Cisarua)


Menjadi Calon Guru Penggerak, merupakan pengalaman  yang ‘luar biasa’ yang penulis alami. Penulis merasa bersyukur telah menjadi bagian dari transformasi perubahan pendidikan yang menjadikan penulis menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.


Program Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama pelaksanaan program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.  https://sekolah.penggerak.kemdikbud.go.id/gurupenggerak/faq/.


Motto Guru Penggerak adalah ‘Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan’.
"Tergerak untuk melakukan perubahan. Bergerak tidak boleh pasif, harus selalu melakukan perubahan. dan menggerakkan komunitas di sekolah maupun di daerahnya”.


Hal ini menjadikan penulis untuk tetap menambatkan asa untuk mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik melalui Program Guru Penggerak.


Seperti ungkapan William Arthur Ward dalam Quotes: Guru yang biasa-biasa saja memberitahu (tell), guru yang baik menjelaskan (explain), guru yang unggul menunjukkan (demonstrate), guru yang luar biasa mengilhami (inspire).


Maka, penulis hanya ingin menjadi guru dapat menjadi memotivasi dan menginspirasi siswa, agar siswa mampu mengoptimalkan setiap potensi yang mereka miliki sehingga berguna bagi masa depan mereka nanti, dan berharap juga bisa menjadi penggerak di komunitas belajar baik itu menggerakkan teman sejawat di sekolah atau guru yang ada di wilayah lingkungan penulis.


Peran Guru Penggerak dalam Menggerakkan Komunitas Praktisi

Guru penggerak diharapkan menjadi motor dalam pengembangan komunitas praktisi baik di sekolah atau di luar lingkungan sekolah. Salah satu Peran Guru Penggerak adalah menjalin komunikasi yang efektif dengan guru lain melalui komunitas praktisi, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Guru penggerak dapat mengajak rekan guru lain untuk menjadi tim untuk menggerakkan komunitas praktisi di sekolahnya.


Komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Konsep komunitas praktisi sudah banyak diterapkan oleh berbagai profesi dan penting pula diterapkan oleh para aktor utama dalam pendidikan yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah.


Istilah komunitas praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice. Wenger menyebut bahwa komunitas praktisi “Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin” (Wenger, 2012).


Praktik yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari anggota komunitas praktisi. Praktik dalam komunitas praktisi guru dapat berupa praktik mengajar dan interaksi dengan murid atau orang tua.


Aksi Nyata Calon Guru Penggerak Menggerakkan Komunitas Praktisi

Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Sebagian orang menuliskan mimpinya pada gambaran visinya. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan. Perlu perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis “start” dan membayangkan garis “finish” seperti apa yang ingin dicapai.


Setelah mengikuti program Guru Penggerak dan mempelajari modul Visi Guru Penggerak, penulis telah merumuskan dengan penuh keyakinan visi pribadi penulis mengenai murid di masa depan dan peran penulis sebagai guru untuk mengantar mereka untuk dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat sesuai dengan harapan Ki Hadjar Dewantara yang akan diwujudkan dalam sebuah aksi nyata.


Berkaitan dengan latar belakang di atas, deskripsi aksi nyata yang akan penulis lakukan yaitu: sosialisasi pembelajaran diferensiasi, di mana tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk meningkatkan kolaborasi rekan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam mewujudkan merdeka belajar.


Sementara itu, tahapan Aksi Nyata ada tiga tahap yaitu: 1. Perencanaan, 2. Pelaksanaan dan 3. Refleksi. Dalam perencanaan, pertama penulis menyusun rencana aksi nyata untuk mensosialisasikan pembelajaran diferensiasi kepada rekan guru melalui komunitas praktisi.


Langkah selanjutnya, penulis mengkomunikasikan dan menginformasikan rencana aksi tersebut kepada kepala sekolah untuk meminta izin untuk melaksanakan sosialisasi kepada rekan guru melalui komunitas praktisi yang ada di sekolah.


Selanjutnya, di tahap pelaksanaan, penulis  mengomunikasikan dan menyosialisasikan rencana aksi kepada rekan guru. Tidak mudah ternyata untuk membentuk komunitas praktisi di sekolah itu perlu tahapan-tahapan khusus yang harus dilaksanakan.


Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membentuk komunitas sekolah. Tahapan-tahapan tersebut melalui tiga tahapan, yaitu tahap merintis, menumbuhkan, dan  merawat keberlanjutan.


Pada tahap merintis, langkah awal yang dapat dilakukan dalam tahap merintis adalah membuat ide dengan  membangun percakapan awal. Penulis dalam hal ini memunculkan ide untuk memperkenalkan sejauhmana isi program guru penggerak dan bagaimana cara mengimplemtasikan isi modul program guru penggerak dalam pembelajaran di sekolah.


Langkah merintis dapat menjadi langkah awal untuk menemukan pembangunan komitmen bersama, memiliki kemauan belajar yang kuat dan selanjutnya juga turut andil dalam menggerakkan komunitas praktisi.


Kemudian, di tahap menumbuhkan,  komunitas praktisi dapat menyebarluaskan pengetahuan dan praktik baik secara luas. Langkah yang penulis lakukan adalah menyelenggarakan pertemuan yang berupa “In House Training” (IHT), dengan harapan bahwa informasi akan tersosialisasikan kepada semua rekan guru dalam satu waktu yang sama.

Berikutnya adalah mendorong dan mendampingi anggota komunitas menerapkan hasil belajar. Dalam tahap ini secara bersama-sama dengan anggota menerapkan pembelajaran yang didapat dari komunitas belajar, membuat sebuah produk hasil In House Training berupa RPP Pembelajaran Berdiferensiasi.


Dalam prosesnya, tentu terdapat inovasi, karena dalam penerapannya kadang muncul masalah yang harus dipecahkan saat itu juga maka muncullah ide secara terbesit untuk melakukan pembaruan. Hal yang tidak kalah penting adalah tahap terakhir dalam proses menumbuhkan yaitu mendokumentasikan dan membagikan hasil belajar. Selain mempertegas keberadaan komunitas yang telah terbentuk, dokumentasi  juga menjadi krusial pada titik evaluasi. Sesama anggota saling mengevaluasi dari pertemuan yang telah berjalan dan memperbaiki celah kekurangan yang ditemukan.


Dokumentasi disini dapat berbentuk tulisan, rekaman video atau audio. Selain eksistensi dan evaluasi dokumentasi juga dapat di jadikan menyebarkan secara luas tentang manfaat dan kegiatan komunitas yang di lakukan.


Kemudian tahap merawat keberlanjutan. Pada tahap ini untuk memastikan proses baik yang sudah berjalan di dalam komunitas yang akan terus memberikan dampak positif bagi anggota komunitas dan murid walapun terjadi perubahan-perubahan situasi yang berkaitan dengan komunitas praktisi. Tahap awal dalam perawatan keberlanjutan adalah mengembangkan anggota menjadi penggerak komunitas praktisi.


Setelah komunitas berkembang berjalannya waktu maka kita akan menemukan anggota yang mempunyai potensi untuk menjadi penggerak yang kemudian diberikan tanggung jawab  untuk mengelola kegiatan dengan peran yang berbeda-beda sehingga dapat memahami tantangan k edepan.


Tahap kedua adalah menginisiasi kolaborasi dengan pihak-pihak di luar komunitas yang dapat memperkaya pembelajaran anggota dan dapat membantu mencapai tujuan atau mendorong anggota komunitas untuk terlibat dalam proyek-proyek kolaborasi tersebut dengan mengundang narasumber yang kompeten dalam bidangnya.


Berikutnya, menyelenggrakan proyek kegiatan murid. Pada tahap ini, semua anggota komunitas membuat proyek bersama yang akan memberikan manfaat nyata bagi komunitas dan juga aksi di dalam kelas. Dalam hal ini, penulis meminta semua peserta IHT untuk membuat produk berupa RPP Pembelajaran Berdiferensiasi.


Kemudian, pada tahap terakhir dari aksi nyata, yaitu refleksi. Setelah pelaksanaan kegiatan selesai tak lupa penulis meminta rekan guru dan murid untuk merefleksi yang berguna sebagai ruang ekspresi positif terhadap proses pembelajaran. Dengan refleksi ini penulis mendapatkan informasi yang berguna untuk mengetahui sejauh mana capaian hasil proses pembelajaran. Refleksi ini juga penulis lakukan untuk evaluasi dan tindak lanjut untuk kegiatan selanjunya.


Demikianlah langkah-langkah Aksi nyata yang yang penulis lakukan untuk membentuk komunitas praktisi disekolah yang nantinya dapat dijadikan pemantik perubahan besar dalam sekolah.


Harapan penulis dengan membentuk suatu komunitas belajar dalam komunitas praktisi, semoga akan membangun perubahan besar baik secara langsung maupun tidak langsung bagi para guru untuk membuat perubahan yang positif untuk pendidikan yang lebih baik.***


×
               
         
close