Oleh: Adhyatnika Geusan Ulun
Gempa bumi yang melanda Kabupaten Cianjur sangat menghentak kita. Kekuatan alam sebesar 5.6 Magnitudo tidak bisa dianggap sepele. Getaran Bumi sebesar itu cukup bisa merobohkan bangunan tempat tinggal dan merusak fasilitas umum lainnya, bahkan menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit.
Seperti yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa dengan kekuatan magnitudo 5,6 itu terletak di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, berjarak sekitar 9,65 Km Barat Daya Kota Cianjur atau 16,8 km Timur Laut Kota Sukabumi dengan kedalaman 10 Km.
Laporan terkini dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (23/11), dari dampak bencana tersebut, telah menewaskan 271 orang. Data tersebut merupakan yang dihimpun atas laporan sejumlah pemerintah desa. Sementara itu, korban luka bertambah menjadi 2.043 orang. Sedangkan warga yang mengungsi sebanyak 61.908 orang.
Selain itu, terdapat korban hilang sebanyak 151 orang, dan sebanyak 22.198 rumah rusak berat. Angka-angka tersebut besar kemungkinan akan bertambah, mengingat belum semua daerah yang terdampak gempa teridentifikasi.
Dengan melihat data di atas, tentu menjadi perhatian bagi kita, betapa kerusakan yang ditimbulkan gempa bumi demikian mengerikan. Menurut BNPB, terdapat faktor yang membuat gempa bumi menjadi sangat merusak, yakni kedalaman gempa yang dangkal, struktur bangunan yang tidak berstandar aman gempa, dan lokasi yang berada pada tanah lunak, serta lokasi perbukitan.
Pentingnya Mitigasi Bencana
Tentu semua pihak tidak bisa meyalahkan lokasi di mana warga tinggal. Namun, edukasi tentang pengetahuan mitigasi bencana harus terus digalakan.
Program mitigasi bencana yang sebelumnya dilaksanakan di sejumlah tempat, khususnya di sekolah-sekolah, dirasakan belum optimal. Hal tersebut dikarenakan tidak semua warga sekolah di satuan pendidikan mendapatkan pengetahuan tentang mitigasi bencana.
Pastinya diperlukan program khusus untuk menangani hal tersebut. Ini pun bukan berarti menyalahkan pemerintah yang tidak secara masif menyosialisasikan pentingnya mitigasi bencana kepada rakyat.
Peristiwa gempa bumi di Cianjur baru-baru ini, diyakini tidak akan menimbulkan banyak korban, jika pengetahuan mitigasi bencana dilaksanakan secara baik dan terprogram. Mengapa demikian? Minimal warga masyarakat dapat mengantisipasi ketika bencana terjadi. Dan, dengan pengetahuan tentang mitigasi bencana, pihak yang sudah mendapatkan penyuluhan akan mendesiminasikan kepada warga sekitarnya.
Seperti diketahui, mitigasi bencana merupakan upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat bencana. Terhadap bencana sendiri, terdapat empat penanganan yang dapat dilakukan, yaitu mitigasi, kesiapan, tanggapan, dan penormalan kembali.
Selain itu, terdapat empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, di antaranya pertama, tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana. Kedua, sosialisasi dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana.
Selanjutnya, ketiga, mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan. Dan, keempat adalah penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.
Atas hal di atas, dalam menyusun program mitigasi bencana, maka diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan. Kemudian, kebutuhan dasar masyarakat harus juga menjadi pertimbangan yang penting, selain selaras dengan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat setempat.
Pertimbangan selanjutnya adalah menggunakan sumber daya lokal. Kemudian, yang tidak pentingnya adalah mempelajari perkembangan konstruksi tempat tinggal yang aman bagi masyarakat menengah ke bawah. Untuk hal ini dengan memberikan opsi subsidi kepemilikan rumah murah dan terjangkau.
Selanjutnya, semua program mitigasi harus mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pertimbangan untuk memberikan pengetahuan mitigasi bencana harus dapat pemahaman masyarakat untuk membuat keputusan secara cepat ketika bencana terjadi, selain menolong diri, dan menyelamatkan orang lain.
Akhirnya, sesuai dengan tujuan dari mitigasi sendiri, yakni mengurangi kerugian pada saat terjadinya bencana, dan mengurangi risiko korban jiwa, maka sudah seharusnya pemegang kebijakan lebih giat lagi memberikan edukasi tentang mitigasi bencana. Semuanya sangat penting dilakukan agar dampak bencana dapat diminimalisasi, sehingga kerugian secara ekonomi dapat dikurangi. ***
Sumber: .
https://news.detik.com/berita/d-6422608/bnpb-40-korban-gempa-cianjur-masih-hilang-2043-orang-luka-luka.Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
email: Adhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun.