Oleh: H. Dadang A. Sapardan, M.Pd
(Camat Cikalongwetan Kab. Bandung Barat)
Sudah lebih dari setahun lamanya, perburuan terhadap pengajian yang diisi kajian berbasis keilmuan dari Gus Baha—seorang kiai yang saat ini sangat banyak digandrungi karena keluasan ilmunya—terus dilakukan. Kehidupan keseharian, rasanya belum lengkap bila tidak menyimak paparannya yang sangat berbobot tetapi penuh dengan kesedarhanaan. Salah satu paparannya yang terus melekat dalam benak adalah perlunya siapa pun untuk memaklumatkan diri. Ketika orang sakit gigi, maka akan menghampiri dokter gigi yang di antaranya diketahui lewat pencantuman pada plang di depan tempat praktiknya. Demikian pula dengan para Ustad, harusnya memaklumatkan diri sesuai kompetensinya, sehingga orang yang membutuhkan advis tidak akan salah orang dalam berkonsultasi.
Sesuai dengan fitrahnya, setiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berkait dengan kepemilikan kelebihan, ketika diasah dengan atau dikelola dengan optimal akan terbentuk menjadi kompetensi diri yang sangat bermanfaat bagi dirinya, maupun orang lain. Selanjutnya, kepemilikan kompetensi tersebut harus diupayakan didorong menjadi branding tersendiri, sehingga branding tersebut akan melekat pada benak orang lain dan menjadi acuan yang pasti ketika dibutuhkan.
Kelebihan yang menjadi kompetensi tersebut tidak sepatutnya disembunyikan tetapi harus dimaklumatkan—meminjam istilah Gus Baha—sehingga orang lain mengetahuinya. Melalui pemaklumatkan atau pemberitahuan tersebut, orang akan tahu lebih banyak tentang kompetensi yang dimiliki. Upaya pemaklumatan ini tidak terbatas pada satu sisi kehidupan semata, tatapi bisa dilakukan pada sebagian besar sisi kehidupan. Bahkan tidak pula dapat dilakukan pada sisi kehidupan indivual tetapi dapat pula pada sisi kehidupan kolektif.
Dalam konteks pengelolaan sekolah, upaya untuk memaklumatkan diri ini sangatlah penting dan strategis dalam upaya mendorong pencitraan sekolah di mata masyarakat. Dengan pemaklumatan ini, masyarakat yang berada di luar sekolah akan mengetahui lebih dalam tentang dinamika sekolah. Bukan itu saja, pemaklumatan tersebut akan pula memperkuat pemahaman seluruh warga sekolah tentang sekolah yang menjadi ekosistem kehidupannya.
Pemaklumatan diri dapat dilakukan oleh setiap sekolah dengan berbagai upaya. Namun, secara sederhana, upaya yang dilakukan adalah menginformasikan berbagai prestasi yang diraih dan kebijakan yang diterapkan sekolah melalui pola informasi audio, visual, atau audio-visual. Untuk dapat mengarah pada realisasi upaya ini, sekolah dimungkinkan membentuk tim tersendiri yang berkonsentrasi pada pemaklumatan sekolah.
Guna melakukan pemaklumatan diri ini dapat dilakukan melalui berbagai cara yang strategis. Mengacu pada fenomena yang saat ini sedang berkembang, pemaklumatan sekolah bisa memanfaatkan pola informasi audio, visual, atau audio-visual. Penyebaran informasi tersebut bisa dilakukan melalui berbagai kanal informasi daring, baik WhatsApp, You Tube, atau media daring lainnya. Bahkan bukan itu saja, pemaklumatan bisa dilakukan melalui berbagai informasi luring, di antaranya dalam produk cetakan—buku, lefleat, majalah, atau koran.
Berkaca pada fenomena yang saat ini terjadi, bagaimana sepak terjang kepala daerah, anggota legislatif, atau sosok fenomenal lainnya dapat terkonsumsi oleh masyarakat banyak, merupakan hasil kepiawaian tim komunikasi yang dibentuknya. Tim komunikasi inilah yang melakukan rekam jejak terhadap sosok dimaksud, sekaligus menyebarkannya pada berbagai kanal informasi, baik daring maupun luring. Barangkali, strategi yang dilakukan oleh mereka perlu pula diadopsi oleh sekolah dalam upaya memberi informasi sebanyak-banyaknya tentang eksistensi sekolah.
Kebijakan implementasi pemaklumatan diri tidak terlepas dari peran kepala sekolah yang menjadi pucuk pimpinannya. Ketika kepala sekolah memiliki political will untuk melakukan langkah ini, dimungkinkan sebagian besar warga sekolah akan memberi dukungan terhadap kebijakan yang diterapkannya. Karena itu, ke mana sekolah akan dibawa, memiliki ketergantungan yang besar terhadap sosok kepala sekolah yang memimpinnya. Kunci pembuka terbangunnya branding sekolah melalui pemaklumatan, menyandarkan diri pada political will setiap kepala sekolah yang menjadi pucuk pimpinannya.
Alhasil, upaya melakukan pemaklumatan diri perlu dilakukan oleh sekolah dengan mengoptimalkan kepemilikan potensi dan memanfaatkan sarana yang tersedia. ***DasARSS.