Notification

×

Arsip Blog

Sesuaikan Kodrat Zaman, Grima Variasikan Menu Sanlat

Sabtu, 15 April 2023 | 06.52 WIB Last Updated 2023-04-15T01:15:11Z

Oleh: Enung Hodijah, M.Pd
(Kepala SMPN 5 Lembang)


Di satuan pendidikan ketika bulan Ramadhan, biasanya kegiatan yang rutin dilaksanakan adalah Pesantren Kilat (Sanlat). Durasi berlangsungnya sanlat ini cukup beragam, mulai dari tiga hari hingga satu minggu lamanya. Dengan kegiatan sanlat ini, murid muslim akan lebih memahami serba-serbi mengenai agama Islam. Selain itu, mereka juga akan mendapat pengalaman ibadah, karena saat kegiatan berlangsung, aktivitas yang dilakukan menyangkut dengan hafalan surat-surat pendek Al-Qur'an, tadarus, murojaah, dan lain sebagainya yang pada intinya adalah kegiatan mendalami keagamaan dengan cara cepat. Adapun tujuan dari pelaksanaan pesantren kilat adalah untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada para siswa. Nantinya, siswa muslim yang mengikuti kegiatan pesantren kilat akan mendapat pembekalan agama untuk mengisi sisi kognitifnya dengan tujuan memberiksn pondasi sikap dan penumbuhan karakter yang diharapkan yaitu akhlakul kharimah atau akhlak yang mulia.


Konsep Pembelajaran Berpihak Pada Murid


Konsep Pendidikan yang berpihak pada murid ini, akhir-akhir ini sering digaungkan sebagai isu Pendidikan kekinian, bahkan menu utama program Pendidikan guru penggerak. Konsep ini berakar dari filosofi Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang memberikan konsep pendidikan dengan memerdekakan dan menyerukan kebebasan kepada murid. Menurut KHD, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik agar dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruh-pengaruh lingkungan, mendapat kemajuan hidup lahir batin. Konsep Pendidikan ini tiada lain memberikan pemahaman pada pendidik agar mampu dan mau menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator terwujudnya merdeka belajar tergambar dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid. 


Pembelajaran berpihak pada murid tersebut, menjadi pelabuhan pamungkas yang harus dicapai melalui berbagai faktor pendukungnya, juga sebagai proses yang menuntut keaktifan dan kerja sama semua pihak. Paling tidak ada empat hal utama yang menjadi penopang terwujudnya pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pemahaman bersama pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebagai dasar filosofisnya, guru, lingkungan, dan strategi pembelajaran.




Berdasarkan pengertian dan maksud pendidikan tersebut, harus tumbuh pemahaman yang sama di antara guru dan orang tua bahwa pendidikan tidak bermaksud menciptakan peserta didik sesuai dengan yang kita inginkan layaknya memahat batu menjadi sebuah patung, akan tetapi pendidikan hanya menuntun anak-anak agar tumbuh sesuai kodratnya, ibarat petani yang menanam benih di ladang. Seorang petani yang menanam benih berkewajiban memelihara dan merawat tanaman itu sesuai dengan kodrat benih itu. Jika yang ditanam adalah benih jagung, pemeliharaan dan perawatannya sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang jagung. Ini artinya, guru, sebagai pendidik bertugas menuntun para murid untuk dapat belajar sesuai dengan potensi dalam diri murid dan bagaimana perkembangan lingkungan dan zamannya. Jika semua murid dituntun dengan semestinya, mereka akan merasakan bagaimana pembelajaran dilalui dengan jiwa yang merdeka dalam proses yang memerdekaan dan bertujuan memperoleh kemerdekaan. Kemerdekaan inilah yang kelak akan menggerakkan mereka secara otomatis untuk tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.


Menu Sanlat



Sesuai dengan prinsip kodrat zaman inilah, para panitia di SMPN 5 Lembang berpikir keras untuk mendesain menu Sanlat agar dirasakan kebermanfaatannya namun juga sisi kebahagiaan serta menyenangkannya muncul. Hal ini disadari karena biasanya menu Sanlat biasa digelar seperti kelas klasikal dengan menghadirkan nara sumber yang menyajikan materi-materi keagamaan, dan siswa paling mencatat, mendengarkan, sedikit tagihan tugas atau presentasi dari hasil tagihannya baik berupa hafalan ayat atau pemahaman tentang materi yang disampaikan.


Agenda serupa itu seringkali membuat siswa monoton, keaktifannya kurang bahkan cenderung membosankan, hanya para murid yang memiliki energi ekstra yang bisa dan sudi melaluinya, karena hal tersebut disadari sebagai bagian dari pembelajaran dan rutinitas yang harus diselesaikannya.


Beranjak dari asumsi tersebut, sehingga para panitia Sanlat ditantang untuk mengemas menu kegiatan sanlat yang bisa menyegarkan, memotivasi serta dapat melibatkan seluruh peserta dengan gembira. Selain menu rutin mulai dari salat Dhuha bersama, tadarus dan kultum baik dari pendidik dan murid, kemudia setiap harinya ditambah dengan variasi game bernuansakan materi keagamaan, yaitu:


1. Game Fuzzle


Permainan ini di hari pertama Sanlat setelah rutinitas Sanlat. Para murid berkelompok di lapangan serta mereka sudah memiliki link gambar yang disharekan pada seluruh siswa. Kemudian para guru tersebar di beberapa titik dengan membawa potongan-potongan gambar. Para murid berkeliling mencari potongan gambar yang berada di meja-meja para gurunya. Kemudian mereka menyatukan kembali dan disimpan di tempat yang sudah disediakan untuk menyusun potongan gambar menjadi utuh. Terbayang para murid hilir mudik mencari ke tiap meja sat uke meja lainnya untuk mencari potongan gambar yang mereka cari untuk disusun menjadi gambar yang utuh. Durasi satu jam nampaknya masih kurang untuk menghasilkan potongan gambar yang para siswa cari. Namun dengan kerjasama dan semangat yang tinggi, akhirnya para murid dapat menemukan potongan-potongan gambar yang dicarinya.


2. Game Jelazah Ilmu ke-Islaman dengan metoda dibuat per-pos


Dibuat beberapa pos dengan materi tes syahadat, rukun iman dan rukun islam, tes baca Al-Qur’an (recitation), tes wawasan keislaman lainnya serta setor hafalan surat. Siswa per kelas memasuki tiap pos dan berkolaborasi untuk menyelesaikan tagihan berbagai pos yang dijaga oleh para guru.


3. Tebak kata untuk desain 14 Kelas


Permainan ini terdiri dari 2 tahap. Pertama diadakan dulu seleksi peserta. Setiap siswa membawa Kartu Nilai mengunjungi setiap pos yang sudah dikondisikan, kemudian Kartu Nilai tersebut dikumpulkan dan akan dinilai. Yang mendapat nilai 10 besar atau tertinggi akan mengikuti permainan Tebak Kata Islami. Langkah-langkahnya Wali kelas dan peserta tebak kata duduk dikursi, b) Peserta bertugas menebak dan diawali dengan pertanyaan atau langsung menebak kata, Wali kelas bertugas memberikan petunjuk dengan instruksi "IYA, TIDAK, BISA JADI".


4. Family 100 dengan materi tentu nuansa keislaman


Permainan ini sudah familiar ditonton oleh masyarakat Indonesia. Karena permainan ini mengadopsi game yang mengasyikan keluarga di akhir pekan yang disiarkan salah satu televisi nasional. Menghadirkan permainan ini di kegiatan sanlat, memerlukan ketajaman materi serta perangkat pendukung yang cukup baik, karena untuk serunya acara dan tidak menghambat kegiatan.


5. Para murid dan guru tidak ketinggalan ikut menyukseskan kegiatan ini serta menggembirakan.


Kegiatan sanlat dilengkapi dengan kegiatan bakti social sebagai wahana menimbun rasa kepedulian social serta membagikan Rantang Cinta/BUBOS (Buka Bersama on The Street), dan proses penutupan sanlat dengan mengumumkan pemenang dari berbagai kategori termasuk kehadiran tertinggi per kelas serta pembagian sertifikat sanlat.


Penutup


Kegiatan Sanlat yang biasanya di benak murid dipikir seperti pembelajaran biasa, namun setelah diberi pemanis dengan menu-menu pembelajaran yang ‘bergizi’ dan menyenangkan, hal ini menjadikan kegiatan sanlat bukanlah kegiatan hafalan serta sajian materi kesilaman semata, namun bisa didesain dan jadi pemicu serta pemacu yang dapat memantik semangat siswa untuk riang gembira serta menyenagkan berada di sekolah.


Harapannya tentu kegiatan ini dapat memberikan kemaslahatan serta tidak kehilangan esensi untuk tetap menyebarkan pengetahuan keagamaan kepada anak didik bangsa ini, agar kelak mereka memiliki pondasi keyakinan sebagai bekal mumpuni berperilaku di tengah-tengah masyarakatnya. Dan kepada para pendidik yang memiliki inovasi-inovasi dalam pembelajarannya merupakan bukti bahwa kebahagiaan dan keselamatan murid saat pembelajaran (student well-being) adalah tumpuan dan harapannya dan dijadikan fokus tujuan dalam mendesain pembelajarannya. Siswa yang gembira dalam mengikuti pembelajarannya, akan memperoleh hasil yang maksimal dalam menyerap ilmu yang ditransferkannya. ***



×
               
         
close