Oleh: Nuni Fitriarosah, M.Pd
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman, hal itu adalah satu diantara pemikiran Ki Hajar Dewantara yang paling berkesan bagi saya, bahwa beliau berkata, "Pendidikan harus sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman". Kodrat alam adalah kondisi alam murid berada, baik keadaan geografisnya maupun lingkungan keadaan alam tempat murid berada. Sedangkan kodrat zaman adalah kondisi zaman saat ini yang dialami langsung oleh murid.
Dari pemikiran Ki hajar Dewantara tersebut ada kajian yang kami kaitkan dengan sosial budaya dan norma sosial Masyarakat Ngamprah dan relevansinya dengan proses pajaran di sekolah, murid embelajaran di sekolah.
Masih banyak ritual adat istiadat yang dijalankan oleh masyarakat KBB. Ritual ini merupakan kekayaan budaya sebagai salah satu kekuatan yang dimiliki KBB untuk lebih maju.
Dalam dunia pendidikan, adat istiadat ini perlu untuk tetap dilestarikan agar murid lebih memahami asal-usul sejarah diri dan bangsanya. Selain melestarikan budaya dalam hal ritualnya, guru bersama murid juga harus mengkaji kembali nilai-nilai sosial yang ada dalam adat istiadat tersebut. Guru dapat membimbing murid untuk berpikir kritis dalam menanggapi suatu ritual adat. Murid diberikan kesempatan untuk melihat dari berbagai sudut pandang.
Hal yang paling krusial adalah, tidak menutup kemungkinan, dalam suatu ritual adat, ada aspek yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai agama. Namun, tentunya ada aspek nilai sosial lain yang positif dalam ritual tersebut. Dari sini, murid dapat melalui proses berpikir kritis dalam memandang ritual tersebut untuk kemudian menghasilkan cara berpikir kreatif bagaimana mereka tetap dapat melestarikannya namun tidak bertentangan dengan nilai-bilai lain terutama nilai agama.
Kondisi alam yang dekat dengan perkebunan sayuran dan wisata alam membuat murid didorong untuk ikut bergerak di sektor perkebunan, wirausaha, dan wisata kuliner. Seperti bagaimana mengolah sayuran menjadi bahan makanan dengan nilai jual tinggi, juga bagaimana murid membekali dirinya dengan kemampuan berkomunikasi agar dapat melayani para wisatawan dengan baik.
Berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman tersebut, profil pelajar pancasila yang cocok untuk murid di daerah Ngamprah adalah pelajar pancasila yang kreatif, memanfaatkan peluang alam yang ada dengan baik. Dalam konteks pembelajaran di kelas, guru berkewajiban untuk menciptakan pembelajaran yang menuntut murid untuk dapat mengembangkan kompetensi berpikir kreatifnya.
Dalam pembelajaran di kelas misalnya, murid diajak untuk mencermati apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari kemudian menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain mereka dapat mengaplikasikan materi pelajaran, mereka juga dapat memaknai materi tersebut bahwa permasalahan tersebut mereka alami langsung, Kemudian produk dari hasil pemahaman murid dapat dituangkan melalui potensi literasi digital yang mereka miliki menciptakan karya bermanfaat dengan memanfaatkan beragam media digital seperti canva, youtube, instagram, tiktok dll.
Contoh dalam pembelajaran matematika dalam materi aritmetika sosial. Mereka dapat merancang bagaimana memasarkan hasil perkebunan sayur, dalam hal ini sayuran bayam. Mulai dari harga beli bahan-bahan untuk membuat olahan bayam sampai bagaimana cara menjual dan harga jualnya.
Kemudian, dari serangkaian pengalaman ini mereka tuangkan dalam bentuk platform digital yang mereka kuasai. Bisa juga murid mewawancarai atau membuat konten youtoube terkait produk yang mereka hasilkan. Pembelajaran seperti itu, di samping melatih literasi digital juga mengenalkan literasi finansial.
Dalam pengumpulan asesmen, murid diberi kebebasan untuk memilih platform mana yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Bahkan mereka bisa memilih lebih dari satu platform media digital. Jadi, setiap pengumpulan tugas yang diberikan tidak dibatasi dengan satu jenis media digital yang digunakan.
Simpulannya, murid bebas berkreasi sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan mereka dan hal terpenting yang perlu ditekankan juga bahwa pembelajaran yang mereka lakukan, melatih mereka untuk kreatif menyelesaikan beragam tantangan di lingkungan sosial budaya mereka. ***
Penulis adalah Guru Matematika SMPN 4 Ngamprah dan CGP angkatan 10 Kab.Bandung Barat