Notification

×

Arsip Blog

QR CODE KEHADIRAN, INOVASI PAPERLESS DI GRIMA

Sabtu, 28 Januari 2023 | 20.41 WIB Last Updated 2023-01-28T13:41:13Z

 

Oleh:  Dra. Enung Hodijah, M.Pd

Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam segala sendi kehidupan. Dampaknya teknologi tersebut dapat menghubungkan dunia yang melampaui sekat-sekat geografis sehingga dunia menjadi tanpa batas. Dan, hal ini berimplikasi informasi dapat tersebar dengan luas dalam waktu yang amat singkat, sehingga dunia seakan tidak memiliki batas geografis lagi.

Dengan demikian, pendidikan pun mengalami fenomena yang mengharuskannya untuk mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, kemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya.

Saat ini, paradigma pembelajaran abad 21 dan goal nya ditekankan pada kemampuan peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (critical thinking, communication, collaboration dan creativity).

Dari sekian aspek perubahan paradigma pendidikan di abad 21 yaitu point pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Guru diharuskan dapat melatihkan kecakapan hidup abad 21 yang dapat melahirkan peserta didik yang memiliki daya saing,  apalagi Pendidikan kekinian meminta untuk ketercapaian Profil Pelajar Pancasila. Halini bisa terwujud melalui penerapan sistem pembelajaran berbasis proyek (PjBL) yang digalakkan secara masiv di setiap satuan pendidikan, karena dengan PjBL dapat membangun kolaborasi antar peserta didik.

Banyak penelitian yang menggambarkan  bahwa ada relevansi antara  peningkatan pembelajaran  berbanding lurus dengan presensi atau  kehadiran dan kunjungan guru ke kelas untuk menyampaikan materi ajarnya. Kurangnya intesitas kehadiran guru ke kelas (baik strategi luring apalagi daring) disinyalir menjadi pemicu dan penyebab utama rendahnya kualitas pembelajaran dan berdampak menurunnya kualitas pendidikan.

Teknologi QR Code

SMPN 5 Lembang memasuki semester genap di Tahun Ajaran 2022/2023 menginisiasi akurasi data sekaligus survei sederhana pula apakah  intensitas secara kuantiti ke kelas, memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan pembelajaran siswanya.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri, disebabkan pada tahun 2015, Grima (sebutan familiarnya SMPN 5 Lembang) pernah mendapat penghargaan dari Mendikbud saat itu Anies Baswedan sebagai peraih Indeks Integritas penyelenggaraan UN dengan IIUN 81,08. Dengan torehan prestasi tersebut selain kebanggaan tentu tantangan untuk mempertahankan prestasi siswanya.

Hal inilah yang menjadi landasan untuk selalu menekankan pada tenaga pengajar di Grima untuk aktif dan memperhatikan kinerjanya, yaitu selalu hadir ke kelas untuk membersamai peserta didik. Banyak cara yang dilakukan satuan pendidikan untuk memonitor kehadiran guru ke kelas. Satuan pendidikan yang sudah modern sudah memasang perangkat CCTV atau ada juga yang  berbasis Website, agar aktivitas pembelajaran termonitor baik kehadiran guru maupun aspek aktivitas siswa.

Namun, di beberapa sekolah masih banyak pula yang mempergunakan rincian absensi kehadiran dengan manual, dengan dibuatkan agenda kehadiran guru maupun siswa, dan tentu hal ini membutuhkan kertas yang banyak untuk keperluan satu semester sekalipun.

Namun dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi  saat ini, satuan pendidikan tidak lagi harus merogoh uang besar untuk membeli peralatan CCTV apalagi dipasang di setiap kelas. Selain sisi ketidaknyamanan bagi semua pihak, karena segala gerak-geriknya termonitor dan menjadi pengawasan melekat, ataupun berlangganan Website dengan biaya bulanan cukup mahal.

Jika kita renungkan saat ini, semua guru dan siswa  sudah memegang gawai canggihnya yang dipakai harian. Dengan teknologi android tinggal instal QR Scan di telepon genggamnya, maka aktivitas kehadiran guru dan siswa sudah bisa memanfaatkan teknologi QR Barkode.

Teknologi ini merupakan pintu untuk masuk ke aplikasi yang sudah disiapkan untuk data kehadiran guru ataupun siswa, yang sudah didesain sedemikan rupa dan akurasi datanya bisa dipertanggungjawabkan untuk mendeteksi tingkat presensi guru dan siswa. Perangkat ini termonitor langsung dengan perangkat yang dipegang atau akun pimpinan sekolah. Sehingga kepala sekolah dengan mudah pula untuk memberikan pembinaan dan repush (reward dan punishment). Kehadiran siswa termonitor langsung oleh wali kelas dan guru BK, dan hal ini penting untuk pemberian treatmen yang kaitan dengan pembelajaran ataupun aspek lainnya dalam layanan BK.

Banyak kemudahan dan kebermanfaatan dengan penerapan sistem QR Code ini, selain paperless, akurasi data juga laporan-laporan terkait anti buliiying, kekerasan ataupun pelecehan yang terjadi di sekolah. Karena point-point itupun diberi akses dan dicoding pula.

Penulis sebagai kepala sekolah Grima tentu mengapresiasi terobosan ini, karena banyak sisi positifnya. Untuk memonitor kehadiran guru tidak harus bertanya pada piket ataaupun siswa, namun sudah terdeteksi dan bisa dilihat prosentase dan jumlahnya di setiap bulan. Hanya karena ini teknologi dengan dasar utama dan tergantung perangkat lain, jika perangkat penunjang tidak berfungsi, contoh listrik atau jaringan internet, tentu hal ini mengganggu. Namun sejauh ini belum ada keluhan yang berarti dengan pemakaian system Qr Code ini.

Simpulan

Tentu banyak harapan dengan diterapkannya QR Barcode kahadiran ini. Selain kesungguhan, tanggung jawab, disiplin dan  bukan sekedar mengisi absensinya saja, namun jauh dari itu semua adalah  nantinya menjadi habit sebagai  suatu kebutuhan untuk masuk ke kelas, untuk hadir dan membersamai peserta didik, mentransfer ilmu dan mewariskan karakter baik. setiap pendidik harus selalu reflektif mengukur sejauh mana ketersampaian ilmu yang bisa diserap oleh siswanya.

Ada dan tidak ada alat pendeteksi kehadiran sekalipun, tanggung jawab itu melekat dan harus menjadi orientasi untuk peningkatan pembelajaran. Teknologi adalah alat untuk mempermudah kinerja dan sekaligus menghemat anggaran yang semestinya bisa dihemat dan dialihkan untuk kegiatan dengan produk yang lebih bermanfaat. Barakalah!

Penulis adalah Kepala SMPN 5 Lembang/ SPLN/Pengajar Praktik Angkatan 7 KBB-Pewarta: Adhyatnika Geusan Ulun-Newsroom Tim Peliput Berita Pendidikan Bandung Barat.

 

×
               
         
close