Oleh: H. Dadang A. Sapardan, M.Pd
(Camat Cikalongwetan Kab. Bandung Barat)
Dinamika kehidupan terus
berlangsung, sejalan dengan sejalan dengan perkembangan zaman. Saat ini,
kehidupan telah memasuki abad ke-21 yang diwarnai dengan kelahiran berbagai
fenomena penyertanya. Keberadaan fenomena penyerta tersebut tentunya tidak
dapat dikesampingkan atau dihindari begitu saja tetapi harus dihadapi dan
disikapi dengan baik sebagai tantangan yang harus dilalui. Berbagai pihak, baik
masyarakat maupun pemerintahan harus mampu menyikapi dengan berbagai strategi
tepat, sehingga tantangan tersebut menjadi pemicu bagi bertumbuh dan
berkembangnya masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik.
Pada kenyataannya, kehidupan
abad ke-21 diwarnai dengan masuknya ranah revolusi industri 4.0 dan masyarakat
5.0 serta kehidupan milenial. Keberadaan kedua warna kehidupan tersebut
diperkuat pula dengan merebaknya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk
melanda Indonesia. Ketiga fenomena kehidupan tersebut melahirkan tantangan
nyata kehidupan yang membutuhkan penerapan strategi tertentu dalam
menyikapinya.
Keberadaan tiga fenomena
kehidupan tersebut melahirkan akronim VUCA, seperti yang diungkapkan oleh US
Army War College. Era VUCA sendiri merupakan akronim dari Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity.
Keempat istilah di atas, bila
dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi gejolak/anomali, ketidakpastian,
kompleksitas, dan ketidakjelasan/ambigutas. Secara lebih simple, era VUCA telah
melahirkan dinamika kehidupan dengan perubahan yang begitu cepat serta berbagai
ketidakpastian yang tidak bisa diprediksi dengan mudah.
Era VUCA bukanlah penghambat
bertumbuh dan berkembangnya kehidupan, tetapi menjadi tantangan tersendiri
dalam kehidupan abad ke-21 yang harus disikapi oleh berbagai komponen
masyarakat. Tantangan tersebut tentunya merambah pula pada ranah pendidikan.
Seluruh pemangku kepentingan dalam ranah pendidikan harus menyadari adanya
dinamika kehidupan ini, sehingga dapat secara cepat menyikapi kebijakan yang
diambil dalam mengimplementasikan berbagai kebijakan pendidikan. Perhatian
terhadap dinamika kehidupan ini harus dicurahkan sehingga seluruh kebijakan
yang diterapkan dalam menumbuhkembangkan sumber daya manusia tidak mengalami
salah arah. Tentunya, implementasi kebijakan tersebut tidak hanya dapat
dilakukan oleh satu atau dua pemangku kepentingan semata, tatapi harus
dilakukan secara gotong royong oleh seluruh pemangku kepentingan.
Sebagai ranah yang bergelut
dengan penyiapan sumber daya manusia masa depan, pendidikan dengan satuan
pendidikan sebagai ujung tombaknya harus menjadi ranah yang masuk pada gerbong pertama
dalam menyikapi era VUCA. Kemampuan penyikapan terhadap era VUCA harus mendapat
perhatian serius dari ranah ini sehingga kebijakan yang diterapkan tidaklah
salah kaprah dalam penyiapan sumber daya manusia. Perlunya perhatian yang
dibarengi dengan penyikapannya dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa fenomena
tersebut telah menstimulasi terjadinya dinamika perubahan cepat dan
ketidakpastian pada berbagai tatanan kehidupan.
Pertanyaan mendasar berkaitan
dengan dinamika kehidupan pada era VUCA tersebut adalah bagaimana satuan
pendidikan sebagai bagian dari ranah pendidikan dapat mengambil sikap atas
fenomena ini, sehingga era VUCA dapat dilalui dan disikapi dengan baik?
Penguatan Karakter sebagai Langkah Strategis
Peserta didik yang menimba ilmu
pada satuan pendidikan adalah karunia Allah SWT yang tak terhingga dan tak
ternilai harganya. Keberedaan mereka pada satuan pendidikan, sudah selayaknya
dimanfaatkan dengan optimal melalui cara mendidik sebaik-baiknya, sehingga akan
bertumbuh menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan dapat berkiprah pada
kehidupan masa depan mereka. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan memberi penguatan kompetensi sikap melalui penguatan karakter, selain
tentunya penguatan kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Ketiga ranah
tersebut harus mendapat sentuhan yang proporsional dari setiap satuan
pendidikan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penyadaran akan pentingnya
perhatian optimal kepada peserta didik dari setiap satuan pendidikan perlu
terus didorong. Kesadaran akan pentingnya perhatian terhadap mereka yang tengah
berada pada masa bertumbuh dan berkembang itu patut menjadi core dalam berbagai
kebijakan yang diterapkan oleh setiap satuan pendidikan. Mereka sedang berada
pada moment penting dan terbaik dalam kehidupannya, terutama dalam pembentukan
pondasi kehidupannya. Melalui kekuatan dan ketangguhan fondasi yang
dimilikinya, mereka diharapkan akan bertumbuh menjadi generasi harapan masa
depan sehingga dapat berkiprah dan berkontribusi positif dalam membangun bangsa
dan negara ini ke arah yang lebih baik.
Baca juga: RUANG DIGITAL
Dalam visi pendidikan Indonesia
tersurat bahwa proses pendidikan mengarah pada mewujudkan Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila
yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinekaan global.
Visi tersebut begitu sarat dengan muatan karakter yang harus dicapai oleh
setiap peserta didik sebagai outcomes satuan pendidikan.
Secara kasat mata, visi
pendidikan Indonesia merupakan kolaborasi dari pelahiran keterampilan abad
ke-21 serta penguatan karakter. Bila merujuk pada dinamika kehidupan saat ini
yang diwarnai dengan revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0, kehidupan
milenial, serta pandemi Covid-19, pencapaian visi pendidikan Indonesia cukup
berat. Setiap satuan pendidikan harus dapat menerapkan strategi kebijakan
sistematis, terstruktur, dan masif dalam pencapaian visi tersebut di tengah era
VUCA.
Pembinaan terhadap peserta didik
merupakan kewajiban semua pihak, dalam hal ini kewajiban tri pusat
pendidikan—satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Pembinaan sepatutnya
diarahkan pula pada upaya untuk membentuk mereka sehingga akan bertumbuh dan berkembang
menjadi sosok berkualitas, yaitu sosok yang sesuai dengan visi pendidikan
Indonesia, yaitu tampilan sosok profil pelajar Pancasila.
Upaya yang dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk mencapai visi tersebut tidak akan berdampak signifikan, manakala
tidak terbangun kebersamaan di antara tripusat pendidikan. Kebersamaan tripusat
pendidikan sangatlah dituntut, agar penguatan karakter dapat diimplementasikan
secara optimal terhadap setiap peserta didik. Karena itu, sudah selayaknya,
satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat mensinergikan ide dan pemikiran
untuk turut menumbuhkembangkan karakter agar dapat mengkristal pada setiap
peserta didik.
Implementasi penguatan karakter
merupakan langkah yang harus mendapat dukungan optimal dari semua pihak dalam
upaya penyiapan generasi masa depan bangsa. Implementasinya harus didasari
dengan pemikiran bahwa pada masa mendatang, insan berkarakter baiklah yang
dapat survive dalam menghadapi dinamika kehidupan yang diwarnai dengan
perubahan cepat dan ketidakpastian dalam era VUCA.
Karena itu, alangkah baiknya
bila kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh setiap satuan pendidikan lebih
ditekankan dan memberi penguatan terhadap penumbuhkembangan karakter yang pada
akhirnya akan mengkristal pada diri setiap peserta didik. Upaya
penumbuhkembangan karakter tersebut tidak akan berlangsung dengan baik—mengarah
pada lahirnya profil pelajar Pancasila—bila tidak didukung dengan kebersamaan
dari unsur tri pusat pendidikan. Karena itu, satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat
harus bersinergi dalam mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter di
tengah era VUCA.
Simpulan
Abad ke-21 diwarnai dengan
masuknya kehidupan pada ranah revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0,
kehidupan milenial, serta merebaknya pandemi Covid-19. Ketiga fenomena
kehidupan tersebut melahirkan tantangan nyata kehidupan yang membutuhkan
penerapan strategi tertentu dalam menyikapinya. Keberadaan tiga fenomena
kehidupan era VUCA, (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Keempat
istilah di atas, bila dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi
gejolak/anomali, ketidakpastian, kompleksitas, dan ketidakjelasan/ambigutas.
Secara lebih simple, era VUCA telah melahirkan dinamika kehidupan dengan
perubahan yang begitu cepat serta berbagai ketidakpastian yang tidak bisa
diprediksi dengan mudah.
Setiap satuan pendidikan
dituntut untuk dapat menerapkan kebijakan strategis. Kebijakan yang mungkin
dilakukan, salah satunya adalah penguatan karakter peserta didik. Strategi ini
dimungkinkan dilakukan dalam upaya mengkristalisasikan karakter pada diri
setiap peserta didik. Upaya penumbuhkembangan karakter tersebut tidak akan
berlangsung dengan baik bila tidak didukung dengan kebersamaan dari unsur tri
pusat pendidikan.
Karena itu, satuan pendidikan,
keluarga, dan masyarakat harus bersinergi dalam mengimplementasikan penguatan
pendidikan karakter di tengah era VUCA. **** DasARSS.