Dadang A. Sapardan
(Camat
Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat)
Sudah
lebih dari setahun lamanya, perburuan dilakukan terhadap berbagai konten
pengajian digital yang diisi kajian berbasis keilmuan dari Gus Baha. Seorang kiai
yang saat ini sangat banyak digandrungi karena kedalaman dan keluasan ilmunya.
Melalui link Youtube, berbagai pengajian disampaikan oleh Sang Kiai dengan
renyahnya. Kehidupan keseharian yang dilalui, rasanya belum lengkap bila tidak
menyimak paparannya yang sangat berbobot tetapi penuh dengan kesederhanaan.
Salah satu paparannya yang terus terngiang dan melekat dalam benak adalah
perlunya siapa pun untuk memaklumatkan diri. Ketika orang sakit gigi, maka akan
mendatangi dokter gigi yang di antaranya diketahui lewat publisitas melalui
plang di depan tempat praktiknya. Demikian pula dengan para ustadz, seharusnya
berani dan percaya diri mempublikasikan diri sesuai kompetensinya, sehingga
orang yang membutuhkan advis atau saran tidak akan salah orang dalam
berkonsultasi.
Sesuai dengan fitrah yang dimilikinya, setiap manusia
diberi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kedua kondisi paradoks tersebut
akan selalu ada pada setiap manusia. Tidak sedikit manusia yang lebih cenderung
untuk suntuk dalam kepemilikan kekurangan, sehingga mereka lupa akan
kepemilikan kelebihannya. Kesadaran untuk mengoptimalkan kepemilikan kelebihan
ini harus terus digaungkan sehingga menjadi potensi yang dapat dinikmati dan
dimanfaatkan oleh orang banyak.
Berkait dengan kepemilikan kelebihan, ketika hal itu
diasah dengan baik atau dikelola dengan optimal akan terbentuk menjadi sebuah
kompetensi diri yang sangat bermanfaat bagi dirinya, maupun orang lain.
Selanjutnya, kepemilikan kompetensi tersebut harus diupayakan didorong menjadi branding
tersendiri, sehingga branding diri tersebut akan melekat pada benak
orang lain dan menjadi acuan yang pasti ketika dibutuhkan.
Kelebihan yang menjadi kompetensi diri tersebut tidak
sepatutnya disembunyikan tetapi harus di-publish atau
dimaklumatkan—meminjam istilah Gus Baha—sehingga orang lain mengetahuinya.
Melalui publisitas atau pemberitahuan tersebut, orang lain akan tahu lebih
banyak dan lebih dalam tentang kompetensi yang dimiliki.
Upaya publisitas ini tidak terbatas pada satu sisi
kehidupan semata, tetapi bisa dilakukan pada berbagai sisi kehidupan manusia.
Bahkan tidak pula dapat dilakukan pada sisi kehidupan indivual tetapi dapat
pula pada sisi kehidupan kolektif.
Dalam konteks pengelolaan organisasi—organisasi
pemerintah atau non-pemerintah—sebagai representasi kehidupan kolektif, upaya
untuk melakukan publisitas diri ini sangatlah penting dan strategis guna
mendorong pencitraan organisasi di mata masyarakat kebanyakan. Dengan upaya
publisitas ini, masyarakat yang berada di dalam dan di luar organisasi akan
mengetahui lebih dalam tentang keberadaan organisasi dimaksud. Bukan itu saja,
publisitas tersebut akan pula memperkuat pemahaman masyarakat tentang
organisasi dimaksud.
Publisitas diri dapat dilakukan oleh setiap organisasi
dengan berbagai upaya. Namun, secara sederhana, langkah yang dilakukan adalah
menginformasikan berbagai prestasi yang diraih dan kebijakan program yang
diterapkan sekolah melalui berbagai kanal informasi, baik audio, visual,
atau audio-visual.
Untuk melakukan publisitas organisasi ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara yang strategis. Mengacu pada fenomena yang saat ini
sedang berkembang, upaya melakukan publisitas bisa memanfaatkan berbagai kanal
informasi daring. Bahkan bukan itu saja, publisitas bisa dilakukan melalui
berbagai informasi luring.
Masivnya
pemanfaatan
informasi daring melalui perangkat digital oleh
masyarakat lewat
berbagai kanal media sosial dapat digunakan untuk melakukan publisitas organisasi.
Perhubungan melalui media sosial telah memberi kemudahan kepada masyarakat untuk
dapat menerima dan
menyampaikan informasi. Berbagai bentuk publisitas dapat
dengan sangat cepat dan mudah tersebar pada berbagai kanal media sosial—instagram,
whatapps, twitter, tiktok, michat, facebook, dan media sosial lainnya.
Berkaca pada fenomena yang saat ini terjadi, bagaimana
sepak terjang kepala daerah, anggota legislatif, atau sosok fenomenal lainnya
dapat dengan mudah terkonsumsi oleh masyarakat banyak. Kenyataan tersebut
merupakan hasil kepiawaian tim komunikasi yang dibentuknya. Tim komunikasi
inilah yang melakukan rekam jejak positif terhadap sosok yang diangkatnya,
sekaligus menyebarkannya pada berbagai kanal informasi. Barangkali, strategi
yang dilakukan oleh mereka perlu pula diadopsi oleh organisasi dalam upaya
memberi informasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai program dan prestasi
organisasi.
Kebijakan melakukan publisitas organisasi tidak
terlepas dari peran pimpinan yang memegang peran sebagai decision leader.
Ketika pimpinan organisasi memiliki political will untuk melakukan langkah
ini, dimungkinkan sebagian besar ekosistem organisasi akan memberi dukungan
terhadap kebijakan yang diterapkannya. Karena itu, ke mana organisasi akan
dibawa, memiliki ketergantungan yang besar terhadap sosok pemimpinnya. Kunci
pembuka terbangunnya branding organisasi melalui langkah publisitas,
tergantung pada political will setiap pimpinan organisasinya.
Karena itu, upaya
melakukan publisitas organisasi
perlu dilakukan—dengan pimpinan
organisasi sebagai pemegang political will—untuk
mengoptimalkan kepemilikan potensi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki. ****DasARSS.