Notification

×

Arsip Blog

PUBLISITAS

Senin, 17 April 2023 | 23.00 WIB Last Updated 2023-04-17T16:02:18Z

 


Dadang A. Sapardan
(Camat Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat)


Sudah lebih dari setahun lamanya, perburuan dilakukan terhadap berbagai konten pengajian digital yang diisi kajian berbasis keilmuan dari Gus Baha. Seorang kiai yang saat ini sangat banyak digandrungi karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Melalui link Youtube, berbagai pengajian disampaikan oleh Sang Kiai dengan renyahnya. Kehidupan keseharian yang dilalui, rasanya belum lengkap bila tidak menyimak paparannya yang sangat berbobot tetapi penuh dengan kesederhanaan. Salah satu paparannya yang terus terngiang dan melekat dalam benak adalah perlunya siapa pun untuk memaklumatkan diri. Ketika orang sakit gigi, maka akan mendatangi dokter gigi yang di antaranya diketahui lewat publisitas melalui plang di depan tempat praktiknya. Demikian pula dengan para ustadz, seharusnya berani dan percaya diri mempublikasikan diri sesuai kompetensinya, sehingga orang yang membutuhkan advis atau saran tidak akan salah orang dalam berkonsultasi.

Sesuai dengan fitrah yang dimilikinya, setiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kedua kondisi paradoks tersebut akan selalu ada pada setiap manusia. Tidak sedikit manusia yang lebih cenderung untuk suntuk dalam kepemilikan kekurangan, sehingga mereka lupa akan kepemilikan kelebihannya. Kesadaran untuk mengoptimalkan kepemilikan kelebihan ini harus terus digaungkan sehingga menjadi potensi yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh orang banyak.

Berkait dengan kepemilikan kelebihan, ketika hal itu diasah dengan baik atau dikelola dengan optimal akan terbentuk menjadi sebuah kompetensi diri yang sangat bermanfaat bagi dirinya, maupun orang lain. Selanjutnya, kepemilikan kompetensi tersebut harus diupayakan didorong menjadi branding tersendiri, sehingga branding diri tersebut akan melekat pada benak orang lain dan menjadi acuan yang pasti ketika dibutuhkan.

Kelebihan yang menjadi kompetensi diri tersebut tidak sepatutnya disembunyikan tetapi harus di-publish atau dimaklumatkan—meminjam istilah Gus Baha—sehingga orang lain mengetahuinya. Melalui publisitas atau pemberitahuan tersebut, orang lain akan tahu lebih banyak dan lebih dalam tentang kompetensi yang dimiliki.


Upaya publisitas ini tidak terbatas pada satu sisi kehidupan semata, tetapi bisa dilakukan pada berbagai sisi kehidupan manusia. Bahkan tidak pula dapat dilakukan pada sisi kehidupan indivual tetapi dapat pula pada sisi kehidupan kolektif.

Dalam konteks pengelolaan organisasi—organisasi pemerintah atau non-pemerintah—sebagai representasi kehidupan kolektif, upaya untuk melakukan publisitas diri ini sangatlah penting dan strategis guna mendorong pencitraan organisasi di mata masyarakat kebanyakan. Dengan upaya publisitas ini, masyarakat yang berada di dalam dan di luar organisasi akan mengetahui lebih dalam tentang keberadaan organisasi dimaksud. Bukan itu saja, publisitas tersebut akan pula memperkuat pemahaman masyarakat tentang organisasi dimaksud.

Publisitas diri dapat dilakukan oleh setiap organisasi dengan berbagai upaya. Namun, secara sederhana, langkah yang dilakukan adalah menginformasikan berbagai prestasi yang diraih dan kebijakan program yang diterapkan sekolah melalui berbagai kanal informasi, baik audio, visual, atau audio-visual.

Untuk melakukan publisitas organisasi ini dapat dilakukan melalui berbagai cara yang strategis. Mengacu pada fenomena yang saat ini sedang berkembang, upaya melakukan publisitas bisa memanfaatkan berbagai kanal informasi daring. Bahkan bukan itu saja, publisitas bisa dilakukan melalui berbagai informasi luring.

Masivnya pemanfaatan informasi daring melalui perangkat digital oleh masyarakat lewat berbagai kanal media sosial dapat digunakan untuk melakukan publisitas organisasi. Perhubungan melalui media sosial telah memberi kemudahan kepada masyarakat untuk dapat menerima dan menyampaikan informasi. Berbagai bentuk publisitas dapat dengan sangat cepat dan mudah tersebar pada berbagai kanal media sosial—instagram, whatapps, twitter, tiktok, michat, facebook, dan media sosial lainnya.

Berkaca pada fenomena yang saat ini terjadi, bagaimana sepak terjang kepala daerah, anggota legislatif, atau sosok fenomenal lainnya dapat dengan mudah terkonsumsi oleh masyarakat banyak. Kenyataan tersebut merupakan hasil kepiawaian tim komunikasi yang dibentuknya. Tim komunikasi inilah yang melakukan rekam jejak positif terhadap sosok yang diangkatnya, sekaligus menyebarkannya pada berbagai kanal informasi. Barangkali, strategi yang dilakukan oleh mereka perlu pula diadopsi oleh organisasi dalam upaya memberi informasi sebanyak-banyaknya tentang berbagai program dan prestasi organisasi.  

Kebijakan melakukan publisitas organisasi tidak terlepas dari peran pimpinan yang memegang peran sebagai decision leader. Ketika pimpinan organisasi memiliki political will untuk melakukan langkah ini, dimungkinkan sebagian besar ekosistem organisasi akan memberi dukungan terhadap kebijakan yang diterapkannya. Karena itu, ke mana organisasi akan dibawa, memiliki ketergantungan yang besar terhadap sosok pemimpinnya. Kunci pembuka terbangunnya branding organisasi melalui langkah publisitas, tergantung pada political will setiap pimpinan organisasinya.

Karena itu, upaya melakukan publisitas organisasi perlu dilakukan—dengan pimpinan organisasi sebagai pemegang political will—untuk mengoptimalkan kepemilikan potensi dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki. ****DasARSS.

×
               
         
close