Notification

×

Arsip Blog

TERJUN BEBAS

Sabtu, 03 Juni 2023 | 16.58 WIB Last Updated 2023-06-18T15:22:46Z

 


Oleh: Dadang A. Sapardan
(Camat Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat)

Dalam beberapa waktu belakangan ini, berita tentang penyimpangan kebijakan yang diambil salah seorang pejabat sempat viral pada berbagai kanal media sosial. Kebijakan yang diterapkan oleh pejabat tersebut dianggap merugikan salah seorang guru. Kebijakan yang diambil dianggap memiliki nuansa koriptif. Akibat dari viralnya pemberitaan tersebut, pejabat dimaksud dengan terpaksa harus dilengserkan dari jabatannya. Pemiralan penyimpangan kebijakan yang diterapkannya telah pula menjadi pintu masuk berbagai pihak untuk mengeksplorasi pola kehidupan pejabat dan keluarganya. Tangkapan layar yang merupakan jejak digital mereka telah menjadi pelumas sehingga mengarah pada pencopotan dari jabatan yang dipegangnya. Sebuah kenyataan hidup yang harus dibayar mahal oleh sang pejabat.

Kehidupan manusia saat ini sudah menginjak pada era revolusi industri 4.0 (computer/internet of things). Era yang semakin memperlihatkan kekerapan intensitas pemanfaatan perangkat digital oleh masyarakat pada sebagian besar domain kehidupan. Berbagai elemen masyarakat dengan terpaksa harus mampu memanfaatkan perangkat digital dalam menghadapi dinamika kehidupan ini. Salah satu yang paling dominan dalam kehidupan mereka adalah penggunaan berbagai kanal media sosial dalam melakukan perhubungan dan menemukan informasi serta pengetahuan. Pemanfaatan kanal media sosial telah menjadi bagian yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat saat ini.

Karena itu, era ini telah melahirkan fenomena disrupsi pada sebagian besar tata kehidupan masyarakat. Terjadi lompatan pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi secara masiv oleh masyarakat. Mereka sudah mulai terbiasa mencari informasi, pengetauan, serta berkomunikasi dengan menggunakan perangkat digital. Berbagai kanal media sosial—whatsapp, facebook, instagram, twitter, michat, serta youtube—telah menjadi bagian keseharian kehidupan mereka.





Kekerapan intensitas masyarakat dalam memanfaatkan perangkat digital untuk berkomunikasi melalui kanal media sosial dapat mengarah pada dua ranah yang bertolak belakang. Kekerapan intensitas komunkasi melalui berbagai perangkat digital telah memberi kemudahan pada masyarakat penggunanya untuk dapat berkomunikasi dengan tanpa sekat ruang dan waktu. Sejalan dengan itu, ternyata pemanfaatan perangkat digital melahirkan pula resiko negatif terhadap masyarakat penggunanya.

Saat ini, pola-pola yang relatif sama terus berlanjut dalam upaya membuka dan menguliti fenomena kehidupan para pejabat di negeri ini. Pintu pembukanya bisa dilakukan oleh orang lain yang merasa tidak puas dengan kebijakan yang diterapkannya. Bahkan, bisa pula dilakukan oleh sosok pejabat dimaksud serta sanak keluarganya. Tidak menutup kemungkinan dilakukan pula orang-orang dalam circle-nya. Ketika ditemukan adanya penyimpangan yang dilakukannya, maka sontak masyarakat berbondong-bondong mencari tahu jejak digital pejabat dan keluarganya dalam berbagai kanal media sosial.

Temuan-temuan pada berbagai kanal media sosial tersebut menjadi pelumas yang melicinkan jalan pejabat dimaksud untuk terjun bebas dari jabatan. Mereka dengan terpaksa harus terserat pada titik nadir kahidupannya. Sebuah kenyataan yang harus menjadi perhatian serius dari setiap pejabat dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Tentunya harus pula menjadi bahan perhatian dan renungan bagi keluarga dan orang-orang yang berada pada circle-nya.

Perangkat digital dengan kanal media sosial seakan telah menjadi panglima yang dapat menentukan nasib seseorang, baik mengangkat maupun menjerumuskan. Dengan kanal media sosial seseorang bisa naik strata. Istilah yang biasa digunakan dalam konteks ini adalah pansos (panjat sosial). Namun, kanal ini pun dapat dengan serta-merta menjerumuskan sesorang pada strata terendah. Termasuk mengakibatkan seorang pejabat terjun bebas dari jabatannya. Padahal, untuk meraih jabatan tersebut dilakukan dengan susah payah melalui jalan terjal dan penuh rintangan dan tantangan.

berkenaan dengan keterjerumusan, bukan saja harus menjadi perhatian pejabat semata, tetapi siapapun harus selalu mengedepankan kehatian-hatian dalam bersikap dan bertindak, sehingga tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu—baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Kesalahan dalam bersikap dan bertindak dapat berakibat fatal karena setiap orang bisa dengan mudahnya mengunggahnya dengan perangkat digital melalui berbagai kanal media sosial. Siapapun harus mampu menahan syahwat-nya dalam bersikap dan bertindak sehingga tidak menjadi bumerang yang akan merugikan, baik dalam jangka waktu dekat maupun jangka waktu jauh.

Dengan demikian, alangkah baiknya siapapun selalu mengedepankan kehati-hatian dalam bersikap dan bertindak, sehingga langkah yang diambil tidak menjadi bumerang yang dapat menjadi pemicu sesorang terjun bebas pada titik nadir kehidupan. DasARSS.




 

×
               
         
close