Dadang A. Sapardan
(Camat
Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat)
Sekali waktu mendapat
undangan dari Koramil Cikalongwetan untuk kegiatan penanaman pohon di lahan
kritis. Kegiatan dilaksanakan di Desa Mekarjaya Cikalongwetan. Hamparan lahan
yang digunakan penanaman merupakan lahan milik TNI. Hamparan lahan tersebut sebagian dimanfaatkan oleh Pemdes Mekarjaya
untuk lapangan sepak bola dan sebagian lagi dikelola masyarakat dengan ditanapi
berbagai tanaman palawija.
Penanaman berbagai jenis
pohon dilaksanakan di pinggir lapang sepak bola dengan harapan, ketika pohon
membesar dapat menjadi peneduh di tengah terik matahari. Harapan itu
dipancangkan karena sedikit sekali pohon peneduh di sekitar lapangan yang
berada pada posisi dataran paling tinggi.
Dengan posisi pada
datarang tinggi, lapangan sepak bola itu menjadi tempat yang sangat bagus
karena dari sana terlihat lembah dengan hamparan hijau tanaman dan pohon-pohon.
Pandangan mata begitu luas ke berbagai arah yang ada di bawah tempat itu.
Sebuah view yang sangat didambakan oleh setiap penikmat keindahan alam,
terutama masyarakat perkotaan.
Selain menyajikan
keindahan lembah yang ada di bawahnya, pada lokasi itu terdapat pula bangunan
peninggalan zaman Belanda. Bangunan sudah tidak digunakan dan tidak terurus
karena letaknya jauh dari perkampungan. Bangunan itu dinamakan oleh masyarakat
dengan Benteng Belanda. Bentuk sebenarnya bukanlah benteng seperti halnya pagar
yang biasa dilihat tetapi merupakan bangunan memanjang yang di bawahnya
terdapat ruang-ruang kecil dengan sekatan antarruang. Ruang-ruang pada Benteng
Belanda itu mirip seperti gua, tetapi ini sengaja dibangun sehingga tidak
begitu dalam. Bangunan itu sudah tidak terurus karena letaknya sudah dikelilingi
tanaman palawija dari para petani yang menggarap lahan.
Konon menurut masyarakat
sekitar, bangunan yang disebut Benteng Belanda itu menjadi tempat pertahanan
Belanda pada zaman mereka mencengkramkan kekuasaan di Indonesia. Keberadaan
Benteng Belanda memang sangat strategis karena dari sana pandangan sangat luas
untuk memantau daerah yang ada di bawahnya. Staregi pertahanan dari serangan
lawan memang bisa dilakukan dari sana karena kontur tanahnya paling tinggi.
Penempatan Benteng Belanda dkimungkinkan di sana karena lokasi itu menjadi
tempat strategis untuk mendeteksi kedatangan lawan. Tentunya lawan yang
dimaksud di sini adalah para pejuang Indonesia.
Lokasi ini kalau
dikelola dan di-endorse bisa menjadi destinasi wisata lokal karena di
sana terdapat heritage bangunan peninggalan zaman Belanda. Sebuah
benteng yang masih tetap kokoh berdiri, tidak termakan usia. Pengemasan untuk
menjadi destinasi wisata lokal bisa dilakukan melalui kerjasama berbagai pihak,
terutama pemerintah desa dengan pemilik lahan, dalam hal ini TNI.
Potensi
ini harus direspons sebagai sebuah peluang pengembangan wisata lokal sehingga
dapat mengembangkan taraf hidup dalam konteks melakukan pemberdayaan
masyarakat. Pengambangan wisata lokal merupakan salah satu core program
yang menjadi tugas pemerintah desa.
Setiap pemerintah desa memiliki otoritas untuk mengembangkan potensi
wisata yang memungkinkan dikembangkan. Mendorong laju berkembangnya wisata
lokal merupakan langkah strategis dalam mengoptimalkan kepemilikan potensi guna
melakukan pemberdayaan masyarakat desa.
Pemberdayaan
masyarakat menjadi langkah yang patut dilakukan oleh setiap pemangku
kepentingan guna memberi motivasi dan dorongan terhadap masyarakat agar dapat
menggali dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, mereka
dituntut pula untuk memiliki keberanian dalam mengembangkan diri sehingga
tumbuh kemandirian. Kemandirian masyarakat yang difasilitasi pemerintah desa
menjadi muara dari upaya pemberdayaan masyarakat.****DasARSS.