Adhyatnika Geusan Ulun, S.Pd.,M.Pd
(SMPN 1 Cipongkor)
Program Guru Penggerak (PGP) angkatan 4 sebentar lagi usai. Perjalanan panjang selama hampir 14 bulan dari sembilan bulan yang direncanakan menuju titik akhir kegiatan. Tentu, terdapat alasan sehingga program Kemdikbudristek ini melenceng dari durasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seperti diketahui, perubahan nomenklatur sejumlah lembaga yang ditunjuk sebagai penyelanggara PGP menjadi salah satu penyebab molornya program. Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) sebagai pengganti Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) yang menjadi pelaksana teknis, disinyalir memerlukan adaptasi kebijakan PGP yang tengah berlangsung.
Penulis, sebagai peserta program calon guru pengerak angkatan 4, merasakan lika-liku perjalanan PGP yang memiliki tujuan, selain mampu mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan kolaborasi secara mandiri, juga memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku sesuai kode etik, serta mampu berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid.
Selanjutnya, dengan lika-liku perjalanan program tersebut, para CGP harus menyikapinya dengan bijak. Dengan sikap bijak, maka secara tidak langsung mengimplementasikan salah satu peran pemimpin pembelajaran yang selalu berorientasi sesuai dengan tujuan pendidikan .Selain itu, CGP harus mampu mendorong dirinya sendiri untuk melakukan aksi serta mengambil tanggung jawab atas segala hal yang terjadi pada dirinya.
Di sisi lain, sebagai guru yang diharapkan dapat menjadi pemimpin pembelajaran, harus bijak mengatur waktu tugas wajib sebagai guru, juga menyelesaikan tagihan tugas yang terdapat dalam struktur program pendidikan guru penggerak secara efektif dan efisien.
Struktur Program CGP
Jika melihat struktur program, seorang CGP diberikan modul pembelajaran tentang paradigma dan visi guru penggerak yang mendorong CGP mampu memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan melakukan refleksi kritis atas hubungan nilai-nilai tersebut dengan konteks pendidikan lokal dan nasional pada saat ini.
Selanjutnya, di materi tersebut CGP diharapkan mampu menjalankan strategi sebagai pemimpin pembelajaran yang mengupayakan terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter dengan budaya positif. Kemudian, seorang CGP diharapkan mampu mengembangkan dan mengkomunikasikan visi sekolah yang berpihak pada murid kepada para guru dan pemangku kepentingan.
Sementara itu, di modul terakhir tentang pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah, berisikan topik tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, dan pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Capaian yang diharapkan pada modul tersebut, CGP mampu melakukan praktik pengambilan keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran. Kemudian, CGP mampu melakukan strategi pengelolaan sumber daya manusia, keuangan, waktu, dan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada murid.
Berikutnya, para CGP diharapkan mampu merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan program perbaikan dan perubahan sekolah, serta memantaunya agar berjalan sesuai rencana dan mengarah pada tujuan, dan mampu mengembangkan kegiatan berkala yang memfasilitasi komunikasi murid, orang tua dan guru serta menyediakan peran bagi orang tua terlibat dalam proses belajar yang berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Refleksi
Menarik ketika melihat struktur PGP, tersaji durasi enam bulan untuk menyelesaikan tiga modul di atas. Maka, untuk PGP selanjutnya dicanangkan program enam bulan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. Sangat jauh berbeda dengan angkatan sebelumnya hingga angkatan keempat yang sembilan bulan.
Seperti telah dipaparkan sebelumnya, penulis merefleksi betapa banyak pembenahan yang harus dilakukan. Untuk diri, tentu mendorong tumbuh sikap bijak yang sangat diperlukan dalam mengimplementasi PGP di lapangan. Sementara untuk pemegang kebijakan, diperlukan konsistensi dalam menjalankan sebuah program luhur yang megusung terwujudnya profil pelajar Pancasila. Sehingga, dalam perjalanannya menciptakan sinergisitas pelaksana pendidikan dengan pemegang kebijakan.
Selanjutnya, sebagaimana nilai dan peran Guru Penggerak yang mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid, diharapkan terus bertumbuh dalam dirinya. Semuanya harus menjadi pedoman berperilaku dalam keseharian Guru Penggerak.
Kemandirian seorang Guru Penggerak harus mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri untuk membuat perubahan baik untuk lingkungan sekitarnya. Hal yang dapat dilakukan Guru Penggerak adalah mau melakukan refleksi dan instrospeksi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, mau mendengar saran dan kritik dari warga sekolah. Sikap refleksif yang terdapat pada diri Guru Pengerak, adalah harus selalu melihat dari sisi positif setiap saran dan kritik untuk memperbaiki kualitas kerja.
Kemudian, Guru Penggerak harus mampu membangun hubungan kerjasama dengan seluruh warga sekolah. Termasuk, Guru Penggerak harus mampu menemukan ide dan gagasan untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan bagi muridnya, sesuai dengan kebutuhan belajar mereka.
Dengan peran dan nilai Guru Penggerak yang mulia tersebut, pastinya diperlukan keseriusan dalam menangani program. Tercapainya tujuan program akan sangat bergantung dari profesionalitas pemegang kebijakan dan para peserta. Hal tersebut, sebagaimana dalam nilai kolaboratif yang diusung, sehingga terwujud hubungan kejasama yang positif dan harmonis.
Simpulan
Akhirnya, sesuai dengan capaian yang disajikan di LMS, program CGP angkatan 4 telah menunjukan 98 persen. Hal tersebut, menggambarkan perjalanan pembelajaran tinggal dua persen menuju titik akhir di Lokakarya sembilan yang sebentar lagi digelar.
Lamanya program CGP angkatan keempat ini, menuntut sikap bijak dari semua pihak. Sudah saatnya para CGP untuk mengimplementasikan nilai dan perannya di setiap keadaan dan dimanapun berada.
Seratus persen selesainya program tersebut, bukanlah akhir pembelajaran seorang Guru Pengerak. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, akan terbentang luas kesempatan untuk mewujudkan nilai dan perannya dalam mewujudkan generasi yang unggul, berkarakter, sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Bukanlah jaminan bagi seorang Guru Penggerak yang telah menyelesaikan PGP untuk mendapatkan posisi karir yang dingingkannya. Namun, jaminan yang pasti adalah ilmu yang diperoleh dari program tersebut akan sangat berguna diimplementasikan saat memperoleh kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin pembelajaran. ***
Profil Penulis
Adhyatnika Geusan Ulun, lahir 6 Agustus 1971 di Bandung. Tinggal di Kota Cimahi. Guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Cipongkor Bandung Barat sejak 1999. Peserta program Calon Guru Penggerak angkatan 4 KBB Kemendikbudristek. Pengurus MGMP Bahasa Inggris Kab. Bandung Barat. Alumnus West Java Teacher Program di Adelaide South Australia, 2013. Alumnus MQ ‘Nyantren di Madinah dan Makkah’ 2016, Pengasuh Majelis Taklim dan Dakwah Qolbun Salim Cimahi, Penulis buku anak, remaja dan dakwah. Editor NEWSROOM, tim peliput berita Dinas Pendidikan Bandung Barat. Jurnalis GUNEMAN Majalah Pendidikan Prov. Jawa Barat. Pengisi acara KULTUM Studio East Radio 88.1 FM Bandung. Redaktur Buletin Dakwah Qolbun Salim Cimahi. Kontributor berbagai Media Masa Dakwah. Sering menjadi juri di even-even keagamaan.
email: Adhyatnika.gu@gmail.com., Ig.@adhyatnika geusan ulun.