Oleh: Dadang A. Sapardan
Saat memegang amanah jabatan dengan kuantitas kerja yang sangat banyak serta kualitas out put yang diharapkan sangat baik, tidaklah mungkin terlaksana dengan hanya mengandalkan kemampuan individual. Diperlukan banyak pihak yang turut serta dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dibutuhkan tim kecil yang menjadi supporter dalam menyusun dan merealisasikan berbagai konsep menuju visi yang dipancangkan. Keberadaan tim ini merupakan upaya pencapaian target kerja agar optimal. Tim yang dibangun menjadi komunitas perencana sekaligus pengkaji terhadap implementasi program. Keberadaan tim ini menjadi ajang diskursus berbagai langkah strategis.
Visi lembaga yang di-break down menjadi program merupakan target yang harus dicapainya. Untuk menrealisasikannya diperlukan strategi penerapan organisasi efektif dan dinamis. Capaian visi dapat terjadi melalui peran aktif seluruh komponen yang menjadi ekosistem organisasi dimaksud. Adalah sebuah hal yang muskil, capaian visi dapat terealisasi hanya dengan satu atau dua orang dari komponen ekosistem. Seluruh komponen ekosistem ditutut berperan aktif untuk dapat menggerakkan organisasi.
Upaya mendorong peran aktif tersebut tidak terlepas dari kebijakan yang dibuat pimpinan organisasi. Bagaimana pimpinan harus dapat memerankan diri sebagai dirigen dalam mengatur berbagai potensi yang dimiliki setiap komponen dalam ekosistem organisasi. Karena itu, kebijakan yang diambil pimpinan akan dapat menjadi pemicu lahirnya dinamisasi organisasi. Pimpinan memiliki peran yang sangat strategis dan dominan dalam mewarnai dinamisasi organisasi sehingga setiap komponen dapat bergerak bersama.
Kepiawaian seorang pimpinan dalam mengelola organisasi yang diamanahkannya merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki. Seorang pimpinan harus dapat menerapkan manajemen efektif dan efisien atas organisasi yang dipimpinnnya, sehingga visi yang menjadi ekspektasi organisasi mendapat support optimal dari seluruh komponen ekosistem organisasi.
Seorang pimpinan harus mampu menggerakkan seluruh komponen ekosistem organisasi dalam upaya meraih visi yang menjadi ekspektasinya. Hal itu perlu digarisbawahi karena dalam bekerja di manapun, tanggung jawab untuk menyelesaikan dengan baik atas setiap bidang pekerjaan menjadi kewajiban yang harus dipikul dan didukung seluruh komponen ekosistem. Setiap pekerjaan akan dapat terealisasi, melalui penerapan langkah-langkah strategis yang diterapkan oleh setiap pimpinan dengan dilaksanakan oleh seluruh unsur pendukungnya.
Kejumudan adalah sebuah fenomena yang dimungkinkan akan terjadi ketika strategi yang diterapkan tidak tepat. Efek dari lahirnya situasi kejumudan akan berimbas pada ketidaktercapaian program yang mengarah pada pembiasan capaian visi kerja sebagai ekspektasi yang disematkan.
Dalam upaya mendorong dinamisasi organisasi dan realisasi pekerjaan—apalagi saat kuantitas pekerjaan yang dihadapi sangat banyak—strategi yang mungkin dapat diterapkan adalah dengan membentuk tim kecil. Tim ini mengemban tugas untuk berkonsentrasi pada core program guna pencapaian visi—lebih terkonsentrasi pada perencanaan dan refleksi sebagai ujungnya. Tim kecil ini menjadi think tank dalam dalam organisasi, menjadi penggodok berbagai kebijakan strategis organisasi.
Mengacu pada Wikipedia, think tank adalah suatu organisasi, lembaga, perusahaan atau kelompok yang melakukan riset, umumnya didanai oleh klien pemerintah atau komersial lainnya dalam bidang strategi sosial atau politik, teknologi, dan persenjataan. Istilah ini mulai digunakan sejak 1950-an dan awalnya digunakan untuk merujuk pada organisasi yang memberikan nasihat dalam bidang militer.
Think tank adalah pengejawantahan dari kerja kolaboratif atau kebersamaan untuk mencapai visi yang dipancangkan. Melalui pembentukan kelompok kecil yang berkonsentrasi pada bidang garapan tertentu, dimungkinkan akan terealisasinya visi yang menjadi ekspektasi organisasi. Bila dikaitkan dengan kepemilikan kompetensi dalam menghadapi kehidupan abad ke-21, keberadaan think tank menjadi refleksi dari implementasi empat kompetensi yang dipersyaratkan, yaitu kolaborasi (collaboration), berpikir kritis (critical thinking), kreatifitas (creativity), dan komunikasi (communication).
Kelompok kecil ini benar-benar menjadi efektif keberadaannya ketika diberi keleluasaan untuk memikirkan langkah perencanaan dari setiap program serta melakukan refleksi atas seluruh program yang telah direalisasikan sebelumnya. Tim menjadi ajang diskursus dalam upaya mendorong lahir kuantitas dan kualitas gagasan strategis.
Dengan demikian, keterlahiran think tank akan sangat membantu ketika kuantitas dan kerja yang dihadapi sangat banyak sehingga kualitas yang dicapai benar-benar sesuai ekspektasi. Kelompok ini dibutukan guna merealisasikan visi yang di-break down menjadi berbagai program garapan. ****DasARSS.
Penulis adalah Camat Cikalongwetan Kab. Bandung Barat