Oleh:Enung Hodijah, M.Pd
(Kepala SMPN 5 Lembang)
Kemunculan pandemi Covid-19 tahun lalu berdampak sistemik terhadap semua lini kehidupan, tidak terkecuali dunia pendidikan. Hampir seluruh pelajar di Indonesia menjalani proses belajar dari rumah mulai jenjang pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Dalam situasi darurat tersebut, bukan hanya para siswa yang dihadapkan pada tantangan untuk belajar jarak jauh, tapi juga orang tua serta menjadi tantangan utama bagi guru.
Namun ternyata kondisi pandemi membuat percepatan untuk mengenal sistem pembelajaran daring yang sebelumnya cukup asing bagi semua pihak. Tantangan pendidik adalah dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman terutama era digital yang dapat membuka inovasi dalam mengajar.
Pembelajaran dibagi dalam dua pendekatan yaitu Dalam Jaringan (Daring) dan Luar Jaringan (Luring) memaksa guru untuk terus berinovasi meramu pembelajaran dan menyajikannya dengan prinsip belajar ramah anak dan mudah akses dengan penggunaan beragam platform media sosial. Tidak mudah guru mengaplikasikan dua pendekatan tersebut, butuh kreativitas serta waktu yang luang untuk memberikan pembelajaran yang bergizi kepada anak didiknya sekalipun secara fisik dan ruang terhambat.
Jika peserta didik memiliki kendala secara daring, guru dengan sigap melayani secara luring. Dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan bekerja sama dengan orang tua memberikan penugasan kepada anak didiknya sesuai ketentuan yang berlaku. Memastikan semua peserta didik telah mendapatkan lembar jawab dan penugasan serta mengkondisikan waktu pengambilan tugas setiap sekali sepekan di akhir minggu atau disebarkan pada saat pembelajaran luring berikutnya.
Pada saat pembelajaran luring, guru dibantu orang tua atau wali dari peserta didik dengan jadwal dan penugasan yang telah diberikan dengan cara berkolaborasi. Guru juga dapat melakukan kunjungan ke rumah peserta didik untuk melakukan pengecekan dan pendampingan belajar namun tetap wajib melakukan prosedur pencegahan penyebaran Covid 19 serta tetap melaksanakan doá bersama sebelum melaksanakan pembelajaran.
Setelah kegiatan pembelajaran guru memastikan setiap peserta dididk mengisi lembar aktivitas sebagai bahan pemantauan belajar harian. Guru, orang tua atau wali dari peserta didik memberikan tanda tangan pada sesi belajar yang telah tuntas di lembar pemantauan harian, sebagai kendali dan memaastikanpenugasan diberikan sesuai jadwal dan meminta untuk dikumpulkan setiap akhir minggu sekaligus mengambil jadwal dan penugasan untuk minggu berikutnya.
Jika pembelajaran melalui televisi atau radio, guru mensosialisasikan jadwal pembelajaran kepada orangtua /wali peserta didik.sedangkan saat pembelajaran guru ikut menyaksikan pembelajaran di televise atau radio dan mencatat pertanyaan atau penugasan yang diberikan di akhir pembelajaran, serta membuat kunci jawaban atas penugasan dan mengumpulkan hasil penugasan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Saat ini Kemendikbud menyerukan seiring agenda vaksinasi untuk guru dan tenaga kependidikan selesai, satuan pendidikan dapat menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) walaupun masih dilaksanakan secara terbatas. Yang artinya satuan pendidikan tidak mengeelar PTM persis seperti sebelum Covid-19, namun pelaksanaannya secara bertahap, dan dikombinasikan dengan Daring. Serta orang tua diberi kebebasan untuk menentukan pilihan terhadap putra-putrinya jika berkenan untuk tetap melakukan pembelajaran secara Daring.
Penulis berasumsi, jika satuan pendidikan menggelar PTM terbatas, artinya dalam satuan pendidikan tersebut akan digelar blended learning yaitu pembelajaran tatap muka yang dikombinasikan dengan virtual. Pembelajaran Tatap Muka sudah pasti diprediksi merupakan pembelajaran paling efektif, dan itu yang akan menggembirakan beberapa pihak terutama orang tua/wali murid yang paling merasa terdampak dengan kebijakan BdR jika dikaitkan dengan peran dan status sosial ekonomi siswa.
Namun kebijakan PTM terbatas akan berimbas guru harus memutar otak kembali untuk menciptakan strategi baru dalam menyiapkan layanan terbaik bagi peserta didiknya yang secara fisik guru ada di kelas PTM dan dalam jadwal yang bersamaan gurupun harus berada di kelas on-line nya. Guru harus menghadirkan pikirannya di dunia maya, sementara segenap jiwa raganya harus melayani para siswa yang berada di kelas PTM. Ini tentunya akan menjadikan beban dan tanggung jawab yang lebih dan pasti akan sedikit mempengaruhi mentalnya jika tidak diimbangi dengan kesabaran serta harus disiasati dengan baik.
Satuan pendidikan harus berinovasi melakukan pengeloaan dan jadwal yang tepat serta mensosialisasikan teknik dan strategi pembelajaran dalam membagi kelas PTM dan daring dalam waktu yang bersamaan.
Berikut penulis sajikan beberapa strategi yang bisa menjadi rujukan atau alternatif untuk blended learning:
1. Menerapkan pembelajaran daring yang sama antara siswa yang PTM dengan yang Bdr, jika fasilitas dalam satuan pendidikannya sudah memiliki fasilitas multi media, agar seluruh penyebaran dan penagihan tugas dibuat serempak, hal ini tidak terlalu memakan energi yang berlebih.
2. Guru mapel dibuat jadwal PTM dan Daring tidak bersamaan namun berbeda , agar kedua pendekatan pembelajaran tersebut bisa dimaksimalkan guru dengan sebaik-baiknya saat melayani peserta didik. Namun tentunya menjadi gemuk jumlah jam spelajarannya.karena ada jadwal PTM dan ada jadwal PJJ nya
3. Guru harus fokus pada kelas PTM nya, karena segenap perhatian saat transfer ilmu yang akurat serta sesi waktu yang terbatas akibat penerapan protokol kesehatan. Sedangkan yang Daring diberi keleluasaan waktu tinggal disepakati akan masuk sebar tugas dan jadwal penagihan tugasnya.
Kembali kepada inovasi guru dan satuan pendidikan dalam menyikapi serta merespon tantangan yang diakibatkan pandemi serta kebijakan PTM terbatas ini.
*) Enung Hodijah, penulis Arya Duta