Notification

×

Arsip Blog

Literasi dan Masa Depan Kita

Sabtu, 18 Maret 2023 | 16.26 WIB Last Updated 2023-03-18T13:26:41Z

 


Oleh: Kusnadi, S.Pd. M.M.Pd
(Kepala SMPN 3 Lembang)



Jika menelisik beberapa tahun ke belakang, kegiatan membaca buku terlebih di kalangan siswa sekolah semakin semarakan digelar. Bukan tanpa alasan, pertama sebagai sebuah institusi pendidikan yang menuntut—mau tidak mau—siswa di sekolah untuk memiliki pengetahuan yang luas. Untuk memiliki pengetahuan yang luas, tentu siswa harus membaca buku sebanyak-banyaknya, bukan hanya membaca buku pelajaran, tapi juga membaca buku non-pelajaran (terutama buku-buku sastra). 
 
Alasan kedua karena ketertinggalan kita akan kebiasaan membaca. Berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan oleh UNESCO yang mencatat bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, pada setiap 1.000 orang, hanya ada satu orang yang punya minat membaca. Tentu ini sangat miris.

Lantas bagaimana cara menumbuhkan minat baca pada anak-anak? Minat membaca tidak begitu saja muncul pada diri anak-anak, tidak seperti hujan yang begitu saja turun dari langit. Minat membaca harus dipupuk sejak dini. Misalnya bisa dilakukan di rumah dengan dibimbing oleh kedua orang tuanya. Menyediakan buku-buku, untuk membiasakan mereka membaca. Namun, usaha tersebut tidak cukup, tanpa ada lingkungan yang mendukungnya. Lingkungan ini bisa jadi, orang-orang dan kegiatan-kegiatan yang mendukung terhadap kegiatan membaca. 

Sekolah menjadi lingkungan yang sangat representatif untuk mendukung kegiatan membaca. Hal itu juga yang muncul dalam fikiran saya. Bagaimana menciptakan lingkungan dan suasana yang asik untuk membaca. Suasana tersebut kemudian kami munculkan dalam berbagai bentuk kegiatan, di antaranya: kegiatan membaca sepuluh menit (kami singkat dengan nama balsem), kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa sebelum pembelajaran dimulai. Ini dilakukan sebagai bentuk pembiasaan membaca. Meski tidak setiap hari, namun ini menjadi stimulus agar anak-anak terus membaca.
 
Menjaga agar anak-anak terus membaca, kami juga melakukan kegiatan Jurnal Baca Harian atau disingkat Jubah. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk laporan anak-anak terkait ulasan buku yang sudah dibacanya. Hal ini memungkinkan anak-anak, bukan hanya membaca saja, tapi juga mereka dilatih untuk berfikir mencerna bacaan kemudian mereka juga dilatih untuk menuliskaan kembali hasil bacaannya.

Bukan hanya membaca dan menulis, kami juga mencoba membiasakan anak-anak untuk pandai berbicara. Ini ditunjang dengan kegiatan mencerita kepada teman atau kami sebut Tansilbatman. Kegiatan ini berbentuk diskusi dengan teman, yang didiskusikan tentu terkait dengan buku yang mereka baca. Bukan hanya soal berbicara yang dilatih, namun juga kegiatan ini bisa menumbuhkan anak-anak untuk berfikitr kritis. Seru dan asiknya diskusi anak-anak, menjadi nilai lain dalam kegiatan ini.


Pembiasaan terhadap anak-anak juga tidak selamanya mengikat, dalam arti waktu pembiasaan tidak ditentukan oleh sekolah. Maka dari itu kami mencoba melakukan kegiatan membaca buku diwaktu luang atau Babuwalang. Kegiatan ini cukup efektif dilaksanakan, karena ketika kebiasaan itu mulai tumbuh, kegiatan membaca akan bisa dilakukan dimana pun dan dengan waktu kapan pun. Di jam-jam istirahat sekolah, misalnya. 

Namun dengan catatan harus tersedianya taman bacaan dan pojok baca di lingkungan sekolah, dan kami melakukan itu. Para peserta didik memiliki pojok baca di setiap  kelas, sehingga peserta didik mudah untuk mengakses buku yang ingin dibacanya. Pojok baca dikelas menjadikan peserta didik terbiasa dengan adanya buku-buku. 

Kegiatan membaca bukan hanya dilakukan oleh anak-anak, namun juga berlaku untuk guru. Dalam kegiatan kegiatan Readathon, yang dilaksanakan sebulan sekali merupakan kegiatan yang serempak diilakukan oleh seluruh warga sekolah, kepala sekolah, guru, siswa semua terlibat dalam kegiatan ini. Ini merupakan bentuk ihktiar kami dalam membiasakan budaya membaca. 

Sebagai bentuk apresiasi dari apa yang biasa dilakukan, kami juga menggelar presentasi literasi dan penghargaan baca buku. Dua kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi dari apa yang dibacanya. Pemberian penghargaan bagi peserta didik yang rajin membaca buku merupaka bentuk lain cara meningkatkan minat baca peserta didik. Hal ini akan memotivasi peserta didik untuk membaca.

Pembiasan-pembiasaan membaca yang dilakukan di lingkungan sekolah merupakan upaya untuk menjaga keberlangsungan masa depan kita. Mengapa demikian? Kemajuan zaman dan teknologi menuntut kita untuk berubah, harus bernalar kritis, kreatif, dan inovatif. Bukan hanya itu, kita pun dituntut untuk berfikir cepat, cermat,  dalam mengahdapi kemajuan. 

Untuk melakukan perubahan tersebut, kita harus berkembang, terutama dalam hal literasi. Bukan hanya membaca, tapi menulis juga. Bukan hanya cetak, tapi digital juga. Dengan literasi kita bisa menentukan masa depan sendiri.

×
               
         
close