يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Qs. Al Hasyr (59):18)
Sesungguhnya umat Islam teramat beruntung karena memiliki bekal hidup yang Allah anugerahkan. Bekal hidup itu akan menggiring umat Islam menjadi orang yang jelas arah dan tujuan hidup di dunia dan menjadi pegangan selama menjalani sisa usianya. Bekal hidup yang dimaksud adalah:
1. Al Qur'an sebagai Pedoman Hidup
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa ( Qs. Al Baqarah (2):1)
طس تِلْكَ آيَاتُ الْقُرْآنِ وَكِتَابٍ مُبِينٍ (١)هُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Thaa Siin. (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan,untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman,
(QS. An-Naml (27) 1-2)
Kitab suci ini dianugerahkan Allah kepada umat manusia di muka bumi sebagai pedoman hidup yang hakiki, tidak ada kitab lain selain al Qur'an yang lengkap dan terperinci, sehingga dengan kitab suci ini manusia, khususnya kaum muslimin menjadi pribadi-pribadi yang jelas arah dan tujuan hidupnya, dengan berlandaskan aturan dari Sang Penggenggam alam semesta Allah ajja wajalla, Yang Maha Gagah Perkasa lagi Maha Bijaksana. Al-Qur’an merupakan kitab yang banyak mengandung hikmah, dalam segala hal. Mulai dari ilmu pengetahuan hingga kehidupan sosial, hampir semuanya tercantum dalam kumpulan ayat-ayat al-Qur’an. Dengan sifat dan nama Nya, Ar-Rahman dan Ar-Rahim, sifat penyayang Dia menurunkan kitab suci ini kepada umat manusia, agar manusia bisa mengerti, apa yang seharusnya mereka lakukan, dan apa yang seharusnya mereka jauhi, sehingga manusia bisa selamat dalam meniti jalannya di dunia maupun di akhirat dengan selamat. Hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an teramat agung sebagai anugerahkan Allah kepada manusia.
وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ
Dan sesungguhnya Al Qur'an itu dalam induk Al Kitab (Lohmahfuz) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.(S. Az Zhuhruf (43):4)
Dengan Al Qur'an sebagai pedoman hidup maka manusia dapat membedakan antara yang baik dan buruk, haq dengan batil, yang baik dengan yang salah.
الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
.........Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).........(Qs. Al Baqarah(2):185)
Al Qur’an adalah kitab terakhir yang diturunkan oleh Allah ke bumi, sebagai penyempurna dari kityab-kitab terdahulu, yang keasliannya selalu terjaga sepanjang zaman. Sebagai sebuah kitab, Al-Qur’an berkedudukan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, terutama seorang muslim. Semoga kita mampu menjadikan Al Qu'ran sebagai pedoman hidup di dunia ini.
2. Rasullullah SAW sebagai Tauladan Hidup
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab (59):21)
Pribadi yang agung ini, ditakdirkan Allah menjadi suri tauladan yang baik. Akhlak dan perilaku kesehariannya yang senantiasa terjaga dan selalu mengedepankan kelemahlembutan, dan kasih sayang menuntun manusia untuk selalu mencontohnya. Kesempurnaan budi pekertinya, menjadikan beliau SAW menjadi tauladan hidup manusia yang utama. Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang menjadi contoh nyata kesempurnaan manusia.
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Ahzab(33):40)
Tentu kita ingin menjadi umat Nabi Agung ini, oleh karenanya maka tidak ada cara lain selain mencontoh kepribadiannya yang mulia, selalin itu kita harus memiliki ciri-ciri sebagai umat beliau yang berlaku keras terhadap kemungkaran tetapi lembut serta berkasih sayang sesama mu'min, seperti tercantum dalam ayat berikut:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar ( QS. Al Fath (48):29)
Semoga kita menjadi umatnya yang senantiasa mampu mencontoh ajaran dan syari'atnya hingga hari akhir. Amiin
3. Ibadah
Umat Islam, khususnya, dan manusia pada umumnya memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Kewajiban ibadah ini, tidaklah semata-mata Allah membutuhkan pengabdian manusia, tetapi sesungguhnya ibadah adalh bentuk perwujudan sikap berbakti selaku makhluk, yang diciptakan, Allah.
Sejatinya, tugas hidup manusia, sepanjang hidupnya hanya satu tugas, yaitu menyembah kepada Tuhan Sang Pencipta, atau dalam bahasa harian disebut ibadah. Disebutkan dalam al Qur’an bahwa tidaklah Tuhan menciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada Nya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku ( QS. Adz Dzariyat (51):56)
Menjalankan ibadah bukanlah tujuan hidup manusia, tetapi tugas yang harus dikerjakan sepanjang hidupnya. Ibadah mengandung arti menyadari dirinya kecil tak berarti, meyakini kekuasaan Yang amat Besar dari Tuhan Sang Pencipta, dan disiplin dalam kepatuhan kepada Nya. Oleh karena itu orang yang menjalankan ibadah mestilah rendah hati, tidak sombong dan disiplin. Itulah etos ibadah. Ibadah ada yang bersifat mahdlah atau murni, yakni ibadah yang hanya satu dimensi, yaitu dimensi vertikal, patuh tunduk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, seperti salat dan puasa, ada ibadah yang bersifat material-sosial seperti zakat dan sadaqah, ada ibadah yang bersifat fisik, material dan sosial seperti ibadah haji. Ibadah juga terbagi menjadi dua klassifikasi, ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus adalah ritual yang bersifat baku dan ketentuannya langsung dari wahyu atau dari Nabi, sedangkan ibadah umum adalah semua perbuatan baik yang dikerjakan dengan niat baik (niat ibadah) dan dilakukan dengan cara yang baik.
Makna ibadah menurut Ibnu Taimiyah adalah setiap ucapan, sikap dan perbuatan lahir bathin yang diridhoi oleh Allah. Dari makna tersebut, maka kita dapat mengelompokkan ibadah dalam 3 bagian:
1. Ibadah I’tiqadiyah
Yaitu ibadah melalui keyakinan, sikap kita, misalnya:
• Mencintai Allah dan Rosul-Nya,
• Takut hanya kepada Allah,
• Bertawakal,bersabar kepada Allah,
• Menghormati ibu bapak,dll.
2. Ibadah Qauliyah
Yaitu menyembah Allah dengan ucapan, lisan, kata-kata, misalnya:
• Berdzikir,bertasbih,beristighfar,
• Berdoa,berdakwah,
• Membaca al-qur’an,dll.
Yaitu menyembah Allah dengan ucapan, lisan, kata-kata, misalnya:
• Berdzikir,bertasbih,beristighfar,
• Berdoa,berdakwah,
• Membaca al-qur’an,dll.
3. Ibadah Amaliyah
Yaitu mengabdi kepada Allah melalui amal perbuatan, misalnya:
• Mendirikan shalat,
• Mengerjakan puasa,
• Memberikan zakat,
• Melaksanakan haji,
• Menuntut ilmu,dll.
Yaitu mengabdi kepada Allah melalui amal perbuatan, misalnya:
• Mendirikan shalat,
• Mengerjakan puasa,
• Memberikan zakat,
• Melaksanakan haji,
• Menuntut ilmu,dll.
Sesungguhnya ibadah adalah segala bentuk pengabdian total kita kepada Allah, kita ruku, kita sujud, kita tahajud, hanya kepada Allah.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱرۡڪَعُواْ وَٱسۡجُدُواْ وَٱعۡبُدُواْ رَبَّكُمۡ وَٱفۡعَلُواْ ٱلۡخَيۡرَ لَعَلَّڪُمۡ تُفۡلِحُونَ
”Wahai orang-orang yang beriman ! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung.”(Q.S. Al Hajj (22):77)
Selain itu sholat, puasa, zakat, haji, ibadah, hidup, bahkan mati hanya untuk Allah.
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحۡيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ
”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semata hanya untuk Allah,Tuhan seru sekalian alam.” (Q.S. Al An’am (6):162)
Semoga kita diberi kemampuan melaksanakan tugas hidup, ibadah, kepada Nya.
4. Setan Musuh Utama Hidup
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
“Dan katakanlah, wahai Tuhanku, aku berindung kepada-Mu dari bisikan setan dan aku berlindung pula kepada-Mu, wahai Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku” (QS. Al-Mu’minun (23):97-98)
Dari segi asal kata, setan berasl dari kata syathona, yasythunu, syaithonan = ba’uda = jauh. Sebab setan adalah makhluk yang dijauhkan Allah dari segala kebajikan.
Ada yang beranggapan, setan berasal dari kata syathin-tasythin, artinya “makhluk yang dijauhkan dari berbagai kebenaran”. Ada juga pendapat, asal kata setan adalah syatho-yasyithu-syaithon. Kesimpulannya, setan adalah “nama bagi segala yang melampuai batas dan selalu mengajak kepada maksiat atau kejahatan, baik dari golongan jin (makhluk halus) maupun golongan manusia.
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al Baqarah (2):169)
Semoga kita diberi kewaspadaan terhadap segala hal yang menjauhkan diri dari Allah swt.
5. Ridla Allah Tujuan Hidup
Setiap orang mempunyai tujuan hidup dan Tujuan Hidup yang mana yang seharusnya dipilih seorang Muslim.
Tujuan Hidup seorang Mukmin
Seorang Mukmin Hidupnya disandarkan pada Allah yang maha pencipta dan penguasa kehidupan, selain kita diharuskan juga berusaha, begitu pula tujuan Hidup.
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَKatakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.(QS: Al An 'aam ayat 162 )
Seperti ayat diatas, bukankah menjadi do'a setiap kali sholat, menjadi do'a pembuka sholat? Artinya hal itu memang penting dan itulah yang menjadi tujuan seorang muslim.
Segala Sholat, dan apapun ibadah yang ia lakukan, segala macam yang ada dan atas kehidupannya, Bahkan jiwanya, nyawanya, kematiannya, jika dikehendaki Allah harus mati, dia pun rela melepasnya demi keridhoan Allah semata.
Orang-orang yang tujuan hidupnya selain Allah, kehidupannya sempit sebatas dunia saja. Tidak ada bagian akhirat, bahkan mungkin tidak mempercayai adanya akhirat. Orang-orang seperti ini hanya mencari kesenangan sesaat, untuk kebutuhan dunia saja, bahkan mungkin saat ini saja, tanpa memikirkan masa depan, apalagi jauh kedepan yaitu akhirat. Orang yang hanya memikirkan kepentingan sesaat, pragmatisme, selalu tidak peduli aturan, asal kepentingan dan kebutuhan saat ini tercapai, maka akibat masa yang akan datang tidak menjadi pikirannya.
Orang-orang seperti ini tidak mau menempuh cara-cara yang sulit dan jauh, karena mereka untuk memenuhi kebutuhan sesaat saja tanpa memikirkan masa depan dia maupun orang-orang yang bersamanya atau terlibat dengannya.
Sesuai sekali sebagaimana yang digambarkan tuhan kepada kita.
لَوْ كَانَ عَرَضًا قَرِيبًا وَسَفَرًا قَاصِدًا لاتَّبَعُوكَ وَلَكِنْ بَعُدَتْ عَلَيْهِمُ الشُّقَّةُ وَسَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَوِ اسْتَطَعْنَا لَخَرَجْنَا مَعَكُمْ يُهْلِكُونَ أَنْفُسَهُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu" Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta (QS: At Taubah (9): 42)
Bagi orang-orang yang tujuan hidupnya untuk mencapai keridhoan Allah, maka dia berada pada tujuan yang benar, tujuan yang haq, tujuan yang dikehendaki Allah swt yang maha pencipta dan penguasa alam raya, tujuan yang selamat dunia dan akhirat.
Orang muslim yang bersandar pada Allah dan tujuannya untuk mencapai keridhoan Allah semata, maka Allah ridho dan memberikan ganjaran berupa pahala bagi setiap kehidupannya, karena telah menjadikan kesegala kehidupannya menjadi ibadah ikhlas hanya pada Allah semata. Inilah tujuan yang dikehendaki Allah, tujuan mengapa manusia dicipatakan.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.(QS: Adz Dzariyaat(51) : 56)
Diciptakan Jin dan Manusia untuk menjadikan seluruh kehidupannya menjadi ibadah semata-mata untuk mendapat ridhonya, menjadi ibadah, dan mendapat ganjaran pahala atas kehidupannya, karena Allah ridho dan sesuai dengan yang dikehendakinya.
Jika tujuannya untuk mendapat ridho Allah di setiap detik kehidupannya, maka dia berada pada jalan yang benar, berpegang pada pegangan yang kuat, pada tujuan yang tidak tergoyahkan.
لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌTidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS: Al Baqarah (2): 256)
Tujuan hidup yang harus dicapai manusia adalah tujuan yang telah ditetapkan Allah pada waktu menciptakan kita. Adakah manusia yang usul agar dirinya diciptakan Allah karena ia memiliki cita-cita yang hendak dicapai di dunia ini? Tidak pernah ada! Tujuan hidup manusia atau wijhah al-hayat adalah memeluk Dien yang penuh dengan keikhlasan dan hanif serta menyerahkan seluruh tujuannya itu kepada tujuan Allah menciptakan manusia.
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,(Q.S. Ar-Ruum (30) : 30)
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (Q.S. An-Nissa (4) : 125)
Seluruh hidup manusia yang menyerahkan seluruh kehendaknya kepada kehendak Allah itulah yang disebut kehidupan mencari RIDHO ALLAH. Jadi tujuan mencari ridho Allah pada hakikatnya adalah hidup menyesuaikan diri dengan kehendak dan tujuan Allah menciptakan manusia.
Muharam 1433 H, dari berbagai sumber