Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA
Guru Inpres sangat melegenda.
Program ini menjadi success story bangsa Indonesia dalam melawan kemiskinan dan
keterbelakangan. Program yang sangat
menyentuh kebutuhan dasar manusia dalam bidang Pendidikan. Program ini berdasarkan Instruksi Presiden (INPRES)
RI nomor 10 tahun 1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD.
Pada tahap pertama, Pemerintah
telah berhasil membangun 6.000 SD dengan fasilitas minimal yaitu tiga ruang
kelas. Dilengkapi dengan pengadaan Guru SD yang berkualifikasi lulusan Sekolah
Pendidikan Guru (SPG) atau sederajat. Hingga tahun 1994 telah dibangun 150 ribu
SD tersebar di seluruh pelosok Nusantara.
Para Guru SD Inpres itu, sejatinya “Guru Penggerak” di penggalan akhir
Abad 20. Suatu prestasi luar biasa bagi bangsa Indonesia untuk menyiapkan
SDM pada beberapa dasa warsa berikutnya,
pada periode awal abad 21.
Secara nasional, kebijakan
pembangunan SD INPRES 1973 -1994 telah memberikan kesempatan anak usia SD untuk
bisa menuntaskan wajib belajar 6 tahun. Selain Program SD Inpres, Pemerintah
juga merintis SD Pamong pada tahun 1975, SD Pamong ini diperuntukan bagi anak
putus sekolah, untuk menuntaskan studi di Sekolah Dasar.
Avicenna Award
Keputusan kebijakan SD INPRES ini, telah diapresiasi
UNESCO. Pada awal Juni 1993, UNESCO mengumumkan memberi penghargaan Avicenna
Award (Ibnu Sina) kepada Presiden Soeharto. Hal yang sangat membanggakan, dan
jarang terjadi, Direktur Jenderal UNESCO Prof. Federico Mayor (waktu itu) akan datang sendiri ke Jakarta untuk menyerahkan
penghargaan yang prestisius Avicenna award pertama langsung ke tangan Presiden
Soeharto.
Pak Harto dalam kapasitas
Presiden Republik Indonesia diapresiasi UNESCO sebagai sosok negarawan tangguh
yang mampu melakukan terobosan inovatif dan massal guna memberantas Tiga Buta
(buta aksara & buta angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan
dasar).
Pemerintah Indonesia diapresiasi
karena mampu melakukan terobosan kebijakan untuk mencerdaskan bangsa. Dalam
sambutan penyerahan Avicenna Award, Federico Mayor (1993) menegaskan noting that UNESCO had for years paid close
attention to Soeharto’s efforts to make education programs available, even in
the country’s most remote areas, and that other devoping countries should folow
Indonesia’s lead in successfully decreasing illiteracy.
Dalam pandangan UNESCO, Indonesia
menjadi model negara yang patut diadopsi oleh negara berkembang dalam mengatasi
kebodohan dan keterbelakangan melalui berbagai program pendidikan dasar massal
dan menyentuh kebutuhan. Terbitnya Inpres tentang program bantuan pembangunan
Gedung SD ini, tidak lepas dari sentuhan sentuhan “Begawan Ekonomi” pada masa
itu, yaitu Prof.Dr. Wijoyo Nitrisastro yang menjabat sebagai Menteri
Koordinator bidang ekonomi, keuangan dan Industri (Ekuin).
Ibnu Sina atau Avicenna dijadikan
simbol ilmu pengetahuan dan Namanya diabadikan UNESCO untuk nama penghargaan
(award) bidang pengetahuan UNESCO. Ibnu Sina
merupakan sosok ilmuwan muslim
kaliber dunia pada abad 10. Ibnu Sina (980-1037) dikenal sebagai filosof,
ilmuwan Kedokteran kelahiran Persia. Ia penulis dan ilmuwan produktif, yang
karya karya menjadi rujukan bidang kedokteran sampai sekarang. Salah satu
karyanya yang paling terkenal adalah Al
Qanun fii At Tibb atau Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran.
Noble Prize
Success story atas kebijakan pembangunan SD Inpres khas Indonesia
ini, ternyata telah menjadi lahan subur bagi para peneliti dunia bidang
ekonomi. Banyak riset internasional yang mengkaji perkembangan ekonomi
masyarakat diamati dari raihan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Dalam kasus
SD Inpres ini, bagaimana efek kebijakan pembangunan SD Inpres bisa memberikan
pengaruh signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di
pedesaan dan daerah terpencil di Indonesia.
Lewat tiga ekonom kaliber dunia
berkebangsaan Amerika Serikat yaitu : Esther Dufo, Abhijt Banerjee dan Michael
Kremer pada tahun 2019 meraih Hadiah Nobel (Noble Prize) bidang Ekonomi. Mereka
melakukan penelitian tentang dampak SD Inpres di Indonesia. Judul penelitiannya
Schooling and Labour Market Consequences
of School Construction in Indonesia: Evidence
from an Unusual Policy Experiment. Riset yang dilakukan Dufo dkk tentang
kebijakan pendidikan SD Inpres ini telah mengantarkan mereka untuk meraih Noble
Prize di bidang Ekonomi.
Lima dasawarsa
Kini tahun 2023, lima dasawarsa
setelah SD Inpres digulirkan, cerita sukses itu tetap melegenda. Para guru SD
Inpres, yang umumnya lulusan SPG, ditempatkan tersebar di berbagai SD Inpres di
berbagai wilayah Indonesia. Mereka benar benar menjadi duta negara untuk
mendidik generasi muda yang haus pendidikan dasar. Saat ini dari sekitar 900
ribu guru SD Inpres yang direkrut periode 1973 -1993, lebih dari setengahnya
(450 ribu orang) yang sudah pensiun. Terima
kasih wahai kusuma bangsa. Engkau The real hero, pemantik cahaya pertama yang
membimbing generasi muda dari kegelapan. Pengabdian ibu bapak sangat bermakna
bagi generasi muda Indonesia saat ini.
Semoga spirit Guru Inpres yang
melegenda ini bisa terus menyala. Tantangan kehidupan di pertengahan Abad 21
akan semakin berat. Dinamika kehidupan masyarakat semakin kompleks. Seperti
diungkapkan Alfin Tofller (2015) bahwa the illiterate of the 21st century will not
be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and
relearn. Masyarakat buta huruf di abad 21 bukan hanya masyarakat yang tak
bisa baca tulis semata. Tetapi mereka yang tidak dapat belajar, tidak mau
belajar, dan mereka yang tak sudi belajar kembali.
Itulah tantangan bidang pendidikan
saat ini!
Penulis adalah Guru Besar
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Bandung.