Notification

×

Arsip Blog

"BEHIND THE SCENES" DALAM PEMILU

Kamis, 14 Desember 2023 | 06.00 WIB Last Updated 2023-12-13T23:00:45Z

 


Oleh: Dadang A. Sapardan
(Camat Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat)

Dahulu, semasa aktif di kegiatan kemahasiswaan, sering mengikuti diskusi tidak resmi dengan para mahasiswa senior. Dengan kapasitas mahasiswa yunior, tentunya tidak banyak yang diungkapkan dalam forum diskusi. Hal itu terjadi karena kesadaran level pengetahuan yang berada di bawah mereka sehingga tidak mampu untuk mengimbangi pemikiran para senior dalam mengungkapkan ide-idenya. Diskusi yang masih teringat adalah bahasan tentang polemik yang berlangsung di koran melalui tulisan artikel. Seluruh peserta diskusi yang di antaranya para penulis polemik tersebut mengungkapkan berbagai gagasan yang pada akhirnya menjadi tulisan artikel di koran dimaksud. Polemik tersebut bisa berlangsung cukup lama, karena artikel dengan argumentasi tentang topik yang sama cukup banyak dikirimkan para penulisnya, terutama penulis dari komunitas diskusi.

Polemik menjadi sebuah diksi yang sering digunakan untuk mengungkapkan pertarungan pemikiran para penggagasnya. Berbagai pemikiran meluncur deras saling beradu dengan argumentasinya masing-masing. Pertarungan pemikiran tersebut menjadi sesuatu yang lumrah di kalangan mahasiswa dan akademisi. Pertarungan pemikiran melalui polemik menjadi ajang mengasah ketajaman pengolahan pemikiran sehingga dapat memberikan pencerahan.

Adalah sebuah kondisi lumrah dan wajar, pertarungan pemikiran terjadi di kalangan mahasiswa. Tidak sedikit forum-forum diskusi kecil diselenggarakan oleh mereka untuk mendapatkan formulasi tepat atas pokok bahasan polemik. Sebagai calon pemimpin masa depan, mengasah pemikiran dan mengadu argumen menjadi ajang pembelajaran dan ajang perluasan wawasan. Kondisi demikian menjadi sebuah dinamika yang berlangsung terus dengan tanpa mengenal ruang dan waktu.

Mengacu pada Wikipedia, polemik adalah sejenis diskusi atau perdebatan sengit yang diadakan di tempat umum atau media massa berbentuk tulisan. Polemik menjadi sesuatu yang dengan mudah ditemukan dalam berbagai kanal media masa, terutama televisi. Tayangan dengan nuansa polemik menjadi sangat seksi untuk menjadi bagian dari kemasan program televisi.

Berbagai tayangan acara televisi dikemas sedemikian rupa sehingga perseteruan yang berlangsung menjadi sangat menarik bagi setiap penontonnya. Lahirnya keseruan dari pengisi acara merupakan target utama dari manajemen stasiun televisi. Kemasan keseruan acara yang dilakukan oleh manajemen stasiun televisi dimaksudkan untuk mendongkrak kenaikan ratting acara yang ditayangkannya.



Fenomena polemik, terjadi pula pada kalangan pemimpin dan tokoh bangsa, bahkan tidak pada level pusat, pada level daerah pun, fenomena demikian berlangsung pula. Pertarungan pemikiran dalam forum tertentu terasa sekali begitu seru sehingga dalam pandangan beberapa pihak, perseteruan yang sangat tajam tersebut berlangsung tidak hanya pada forum itu tetapi berlangsung pula di luar forum.

Namun, perseteruan pada beberapa forum diskusi tersebut, lain cerita saat acara telah usai. Perseteruan yang terjadi tidak berlanjut di luar forum diskusi. Melihat behind the scenes dari tayangan forum diskusi, di antara mereka yang sebelumnya terlihat sangat ngotot dengan argumentasinya masing-masing, pada kenyataannya sangatlah akur. Kengototan yang diperlihatkan pada tayangan forum diskusi, tidak berlangsung selepasnya.

Perseteruan sengit yang sering terlihat, bisa disaksikan dalam pertandingan sepak bola. Setiap pemain bertarung dengan sangat ngotot untuk dapat memenangkan pertandingan. Kesengitan pertarungan tersebut berubah drastis, saat wasit meniup peluit panjang yang menandai bahwa pertandingan telah selesai. Fenomena ini menjadi pelajaran berharga bagi setiap penonton bahwa kengototan setiap pemain hanya dapat diperlihatkan saat berlangsungnya pertandingan.

Kenyataan seperti pada pertandingan sepak bola inilah yang harus diperlihatkan kepada masyarakat. Berbagai argumen yang sifatnya menyerang pihak lawan diskusi hanya terlontar saat diskusi berlangsung. Selepas diskusi, semuanya mencair. Tensi tinggi saat diskusi mengalami penurunan drastis.

Pada beberapa bulan mendatang rakyat Indonesia akan menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu). Pemilu yang disebut pula pesta rakyat untuk mengimplementasikan hak demokrasi setiap rakyat dalam memilih pemimpin untuk 5 tahun ke depan. Dari waktu ke waktu Pemilu menjadi menjadi pemicu kekhawatiran akan lahirnya disharmoni pada masyarakat, sehingga perhelatan ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemangku kepentingan, terutama Pemerintah. Tantangan mengarah upaya untuk menjaga stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menjaga keutuhan NKRI.

Dalam pelaksanaan Pemilu yang akan berlangsung dalam waktu tidak lama lagi, pertarungan seru terjadi pada pemilihan presiden dan wakil presiden. Pemilihan presiden dan wapres seakan telah mendominasi dinamika ke-Pemilu-an dan mengesampingkan pemilihan anggota legislatif, baik pusat maupun daerah. Berbagai kanal informasi daring dan luring dipenuhi dengan tayangan pemilihan presiden dan wapresnya.

Karena seksinya pemilihan presiden dan wapres, bibit-bibit lahirnya friksi di kalangan masyarakat mulai bertumbuhan. Sejalan dengan mulai tumbuhnya friksi tersebut, pada beberapa waktu yang lalu Presiden mengundang ketiga calon presiden untuk makan siang bersama. Nuansa keakraban di antara mereka telah diperlihatkan saat berlangsungnya pertemuan dengan kemasan makan siang tersebut. Tampilnya mereka duduk bersama dan makan bersama dalam satu meja, melahirkan suasana sejuk sehingga menjadi penangkal bertumbuhnya bibit-bibit friksi di kalangan masyarakat.

Konteks behind the scenes atau istilah lainnya di balik layar harus diperlihatkan kepada masyarakat sebagai bagian dari pendidikan politik. Pertarungan sengit hanya diperlihatkan oleh para petarung di gelanggang. Sekeluar dari pertarungan tersebut, kengototan yang diperlihatkan di gelanggang tidaklah berlanjut.

Alhasil, berbagai framing tampilan yang menyejukkan harus terus dikemas dalam upaya meredam bertumbuhnya bibit friksi menjadi besar. Tidak dipungkiri bahwa sebagian dari masyarakat sering terbawa emosi saat melihat fenomena sengitnya kontestasi pemilihan presiden dan wapres. Emosi yang lahir saat kontestasi berlangsung tidak menutup kemungkinan terbawa terus, sehingga harus dapat diredam agar tidak berlangsung lama. ***



×
               
         
close