Oleh: Dra. N. Mimin Rukmini, M.Pd
(Kepala Sekolah SMPN 3 Cililin)
A.
Pendahuluan
Raden
Ajeng Kartini lahir di Jepara 21 April 1879. Sebagai pahlawan dan pejuang
emansipasi wanita, R.A. Kartini merupakan sosok wanita tangguh yang luar biasa.
Luar biasa dalam menghormati tradisi budaya lokal. Tangguh dalam mempertahankan
ide dan kreativitas, serta secara kodrati menjunjung tinggi martabat kewanitaan.
Sosok
Kartini ketika itu telah memiliki pemikiran yang lebih jauh tentang ilmu,
wanita dan kebangsaan. Mindset
Kartini selalu ingin bergerak, maju dan mendobrak apa yang kira-kira
menghalangi atau menghambat apa yang menjadi cita-cita kaum wanita. Cita-cita
bahwa kaum wanita harus sejajar dengan kaum laki-laki. Sejajar dalam hak dan
kewajiban mencari ilmu. Memiliki hak yang sama dalam mengerjakan tugas dan
pekerjaan. Sejajar pula dalam mempertahankan karakter dan kepribadian bangsa
sebagai warga negara. Dari pola pikir yang maju dan berkembang RA Kartinilah, tak heran dan sejatinya menjadi inspirasi, setiap tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini. Peringatan ini sebagai wujud
nyata penghargaan terhadap pahlawan pejuang emansipasi wanita. Lalu
bagaimanakah langkah konkret kaum wanita atau sebut saja Kartini di Era
Milenial ini? Kartini di Era Milenial adalah sosok wanita yang ide dan pemikiran mereka sejalan
dengan perjuangan R.A.Kartini.
B.
Langkah konkret kaum wanita atau Kartini di era milenial
Zaman
Milenial yang serba digital ditandai dengan mobilitas IT yang serba cepat.
Informasi yang terserap menembus ruang dan waktu secepat kilat. Teknologi mesin
yang serba cepat dan canggih telah menggantikan peran pekerjaan manusia yang
luar biasa. Bagi kaum wanita, kondisi
demikian dapat menjadi peluang sekaligus dapat menjadi tantangan. Memberikan peluang seandainya kaum
wanita memiliki potensi yang siap pakai di dalam pekerjaan. Sebaliknya, kondisi
era digital bisa menjadi tantangan manakala kita wanita tidak atau kurang memiliki
kompetensi yang sejajar atau bahkan melebihi kaum laki-laki. Tantangan itu
menjadi pemicu semangat untuk lebih maju dan berkembang dengan cara belajar
terus meningkatkan kapasitas diri.
Sosok
wanita sebut saja Kartini Milenial di Zaman Now menurut hemat penulis sudah sejajar
dengan kaum Laki-laki dan telah membawa
Bangsa dan Negara Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan bermartabat hampir sejajar
dengan bangsa lain di dunia. Kartini
Milenial itu umpamanya saja Sri Mulyani
sebagai Menteri Keuangan RI, Putri Tanjung sebagai bagian dari 7 staf khusus
Milenial Presiden Jokowi. Masih banyak
pula Kartini Milenial lain sebagai wanita tangguh luar biasa. Kita bangga, Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang kuat dan tangguh. Kuat dan tangguh menghadapi
penjajah dulu, kuat dan tangguh menghadapi krisis moneter beberapa tahun yang
lalu.
Kartini
di Era Milenial sejatinya melakukan langkah-langkah serta memiliki sikap sebagai
berikut.
Pertama,
semangat belajar dan bekerja keras. Memiliki
semangat yang tinggi, selalu belajar dan bekerja keras akan menjadi modal utama
dalam kehidupan. Modal utama tersebut untuk meraih tuntutan Kecakapan Abad 21,
yakni kemampuan dalam literasi, keterampilan berpikir, dan Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK). Kemampuan literasi meliputi literasi dasar membaca dan menulis,
literasi numerasi, literasi saint, literasi media, dan literasi digital.
Keterampilan berpikir Abad 21 yang perlu dimiliki termasuk di dalamnya
kemampuan bepikir 4K, yakni kreatif, berpikir kritis, kolaboratif, dan
komunikatif. Kemampuan PPK akan menjadi pondasi dari keseluruhan kemampuan
literasi dan keterampilan berpikir tersebut.
Kedua,
menjadi teladan di antara keluarga, sekolah dan masyarakat. Kartini Milenial
sama-sama dengan kaum laki-laki menjadi tumpuan dan harapan keluarga, sekolah
dan masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Oleh karena itu, Kartini Milenial minimal
menjadi teladan sekaligus panutan di
antara warga dan keluarganya.
Ketiga,
menghormati orang tua, dan memiliki sikap disiplin yang tinggi.Orang tua
bahagia manakala anak-anaknya bahagia dan sukses. Kartini Milenial senantiasa
menjunjung tinggi, sopan dan santun, serta menghormati warga masyarakat, dan
orang tua yang kita cintai. Lalu, dalam disiplin. Disiplin menjadi cermin dan
barometer sejauh mana Kartini rajin dan kerja keras di dalam tindakan dan gaya belajarnya.
Keempat,
yang perlu dimiliki Kartini masa kini adalah berani karena benar serta memiliki
gaya hidup sederhana dan tidak sombong. Kartini Milenian dipastikan berani
karena benar dan takut karena salah.
Kartini zaman Now diharapkan pula memiliki gaya hidup yang tidak
berlebihan, dan tidak juga menyombongkan diri.
Langkah
dan karakter terakhir adalah Kartini Milenial harus tetap menyadari akan kodrat
sebagai kaum wanita. Apa pun ilmu yang di dapat atau pekerjaan yang mereka
jabat, tetap Kartini Milenial sejatinya mampu mendampingi
dan mendidik anak secara penuh perhatian dan kasih sayang. Seorang ibu di
rumah, dan guru di sekolah tak dapat menggantikan apa pun teknologi di era
digital ini. Tak terkecuali generasi muda, Kartini Milenial seyogyanyalah
belajar hal apa pun tentang kodrat kewanitaan.
Mulailah berperilaku dari hal-hal yang sederhana. Belajar peduli
kebersihan di rumah, peduli lingkungan, sampai pada peduli lingkungan sosial
dalam jangkauan yang lebih luas.
C Kartini milenial turut bersama meningkatkan kemampuan membaca masyarakat
Gaya
hidup, karakter, dan kerja keras menjadi modal utama Kartini Milenial untuk
mehgikuti perkembangan zaman. Sebagaimana dipaparkan pada langkah dan
sikap pertama paragraph di atas, beberapa waktu lalu pada kolom pendidikan
Harian Umum Pikiran Rakyat terpampang tulisan “Literasi Rendah Jadi Penyebab
Kemiskinan”. Judul tersebut mengupas tentang masyarakat miskin salah satunya
karena kurangnya literasi membaca. Menurut UNESCO setidaknya seseorang mampu
membaca tiga buku baru dalam
setahun. Sedangkan masyarakat Indonesia
satu buku pun belum tentu terealisasi. Inilah yang menyebabkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat kita rendah. Akhirnya berdampak pada penghasilan yang
kurang memadai bahkan dikatakan miskin.
Kartini
Milenial selayaknya menjadi pendobrak bagaimana memfasilitasi masyarakat, baik
di keluarga, sekolah, maupun lingkungan sekitar agar mereka senang membaca dan
meningkatkan kemampuan literasi tersebut, baik secara online maupun ofline.
Menjadi penghubung literasi masyarakat, memfasilitasi buku-buku bacaan melalui
perpustakaan sekolah, perpustakaan keliling atau perpustakaan daerah. Dengan
kegiatan demikian diharapkan kemampuan literasi masyarakat meningkat. Kemampuan literasi meningkat, dipastikan penghasilan pun meningkat pula. Semoga!
Sumber
Bacaan:
https://id.m.wikipedia.org,
diunduh 20 April 2020
Anggit,
Budiyanti dan Siti Romdiyah. 2020. Inspirasi
Mendidik Anak-Anak Masa Kini. Banyumas: CV. Rizquna.
Harian
Umum Pikiran Rakyat tanggal 5 April 2023
Artikel ini sudah pernah dimuat pada Newsroom dengan beberapa perubahan isi dan judul artikel