Notification

×

Arsip Blog

KOMUNITAS PRAKTISI

Rabu, 21 Juni 2023 | 22.40 WIB Last Updated 2023-06-21T16:01:28Z

 

 

Oleh: Dede Setiawan & Agus Ruslan

 

A. Mengenal Komunitas Praktisi


Memasuki era abad 21, di mana bekerja bersama orang lain dengan baik atau dalam istilah kolaborasi adalah salah satu keterampilan yang paling berharga dan dicari. Bentuk respons di dunia pendidikan saat ini, yaitu pengajar di seluruh dunia memberikan pembelajaran yang makin kolaboratif.


Menjadi tenaga pendidik profesional, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu lulusan melalui peningkatan mutu pembelajaran. Makin berkembangnya paradigma baru yang bermuara akan kebebasan berpikir untuk melahirkan murid yang aktif, kreatif, dan inovatif. Guru bukanlah orang yang segala tahu, guru tidaklah sempurna apalagi tanpa kekurangan.


Setiap guru memiliki kelebihan namun juga memiliki keterbatasan sehingga dalam hal ini strategi yang diambil adalah guru dapat menggiatkan komunitas praktisi/belajar selain sebagai pengembangan profesi yang berkelanjutan.


Praktisi pendidikan adalah profesional yang bekerja di sektor pendidikan dan memiliki pengalaman praktis dalam melakukan tugas tertentu, seperti mengajar, memimpin sekolah, atau mengelola program pendidikan. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman dan pelatihan, dan dapat memberikan solusi praktis untuk masalah-masalah pendidikan.


Istilah Komunitas Praktisi diperkenalkan oleh Etienne Wenger dalam bukunya Community of Practice. Wenger menyebut bahwa komunitas praktisi “Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin” (Wenger, 2012). Praktik yang dimaksud bergantung pada konteks peran sehari-hari anggota komunitas praktisi. Praktik dalam komunitas praktisi guru dapat berupa praktik mengajar dan interaksi dengan murid atau orang tua.


Komunitas praktisi mempunyai beberapa tujuan, antara lain: Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktik pengajaran dan pembelajaran; Memberi dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota, mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka; Mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari.


Sebuah komunitas praktisi yang berdiri di bawah naungan sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) angkatan 1 SD Negeri Citalem. Komunitas ini dibentuk sebagai tanggung jawab warga sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak. Agar pelaksanaan setiap kegiatan dari program sekolah penggerak bisa berjalan sesuai harapan, diharapkan dengan berdirinya komunitas ini, setiap anggota komunitas bisa saling dorong dan suport terhadap anggota lainnya.


Tujuan akhir yang hendak dicapai dari pembentukan komunitas ini adalah adanya peningkatan mutu pembelajaran. Seyogianya guru sebagai pendidik profesional mempunyai peran startegis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan output mutu lulusan.


Komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan. Konsep komunitas praktisi sudah banyak diterapkan oleh berbagai profesi dan penting pula diterapkan oleh para aktor utama dalam pendidikan yaitu guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah.


B. Membangun Komunitas Praktisi


Di era abad 21 ini, guru sebagai tenaga pendidik harus responsif terhadap perubahan. Salah satu hal yang urgen dari seorang pendidik adalah bagaimana cara seorang guru merespon perubahan yang terjadi dengan inovasi-inovasi kecil di tempat kerjanya. 


Seorang guru tidak lagi hanya dipandang sebagai pendidik yang kegiatan sehari-harinya memberikan pengetahuan atau mengajarkan keterampilan kepada siswa serta diproses terakhir terdapat evaluasi.  Jika seorang guru dapat merubah pola pikir yang mampu membawa perubahan di sekolah dan hal itu dilakukan oleh semua guru di Indonesia maka akan terwujud perubahan ke arah yang lebih baik di dunia pendidikan. Perubahan[1]perubahan yang dilakukan oleh guru bisa melalui banyak hal, seperti bagaimana seorang guru dapat menggali potensinya dengan belajar kembali lewat perubahan yang ada. 


Media atau sarana yang dapat dimanfaatkan guru sekarang banyak sekali seperti mengikuti webinar, menggali dan mencari kemampuan praktis yang berhubungan dengan guru dan yang paling sederhana adalah bergabung dengan komunitas yang ada seperti kelompok Kerja Guru atau komunitas lain yang ada hubungannya dengan pengembangan diri yang akhirnya akan berdampak baik kepada bidang pendidikan sekolah. 


Tahapan Pembentukan Komunitas Praktisi:


1.      1. Tahap Merintis

Tahap merintis adalah tahapan memulai sebuah komunitas, pendidik dapat mengawali membangun Komunitas Praktisi dengan strategi berikutnya.

 

2.      2.  Membangun percakapan awal

Guru melakukan percakapan awal dengan pemimpin sekolah, wakil kepala sekolah, koordinator urusan, wali kelas atau dengan guru mata pelajaran terkait dengan tujuan dan perubahan-perubahan yang ingin dicapai sekolah serta pengembangan kompetensi guru. Percakapan awal sebaiknya dilakukan secara individu agar diskusi bisa lebih dalam.

 

3.      3.  Menemukan pengikut pertama

Pengikut pertama adalah rekan guru yang bersemangat dan bersedia turut menggerakkan komunitas belajar bersama-sama. Para pengikut pertama biasanya memiliki keresahan yang sama serta berkomitmen untuk turut menggerakkan komunitas praktisi, memiliki kemauan belajar yang kuat atau sudah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid.

 

4.     4.   Membangun percakapan bermakna Percakapan bermakna dimulai dengan pemetaan masalah – masalah dan rencana solusi yang bisa dilakukan bersama. Percakapan berakhir dengan kesepakatan membentuk komunitas praktisi sebagai tempat belajar, berdiskusi dan mengembangkan praktik baik. Para pengikut pertama biasanya memiliki keresahan yang sama dengan guru penggagas serta berkomitmen untuk turut menggerakkan komunitas praktisi, memiliki kemauan belajar yang kuat atau sudah menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid.

 

5.      5.  Tahap Menumbuhkan

Pada tahap menumbuhkan, komunitas praktisi diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuan dan praktik baik secara lebih luas.

 

6.     6.   Menyelenggarakan pertemuan belajar secara rutin

Pertemuan rutin akan memperkuat proses belajar anggota di komunitas. Jadwal dan lamanya pertemuan rutin perlu disepakati oleh anggota komunitas agar anggota berkomitmen menghadiri pertemuan baik dalam bentuk tatap muka ataupun dalam jaringan. Pertemuan rutin juga memfasilitasi anggota komunitas untuk saling berbagi praktik baik yang dilakukan di ruang kelas dan dampaknya pada murid. Selanjutnya, pertemuan rutin harus sesuai dengan kebutuhan belajar anggota atau menyesuaikan dengan konteks masalah yang ingin dipecahkan.

 

7.     6.  Mendorong dan mendampingi anggota komunitas menerapkan hasil belajar Guru harus mampu mendorong dan mendampingi anggota untuk mempraktikkan hasil belajar di Komunitas. Salah satu program yang dibentuk dalam implementasi program sekolah penggerak yaitu pembentukan Komunitas Praktisi.

 

Sekolah Dasar Negeri Citalem menjadi salah satu dari 15 sekolah dasar di Kabupaten Bandung Barat yang lolos seleksi Program Sekolah Penggerak. Dari 15 sekolah dasar se-Bandung Barat 3 (tiga) berasal dari Kecamatan Cipongkor yaitu: SDN Citalem, SDN Cacaban, dan SDN Palasari.


Tentu saja dengan keikutsertaan SDN Citalem sebagai salah satu sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak (PSP) menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Karena tidak semua sekolah bisa ikut terlibat dalam program ini. Secara nasional jumlah sekolah yang dinyatakan lolos seleksi sekolah penggerak Angkatan pertama adalah 2.500 sekolah.


Dalam perjalanan Program Sekolah Penggerak (PSP) dipandang perlu adanya komunitas praktisi yang bernaung di sekolah. Komunitas ini sebagai pelaku utama dalam bergerak dan menggerakkan sekolah dengan program[1]program pilihan dari kementerian pendidikan nasional. Dengan dasar itu, Kepala Sekolah SDN Citalem berinisiatif membentuk komunitas praktisi yang diharapkan bisa mendukung terlaksananya kegiatan dari Program Sekolah Penggerak.


Pembentukan komunitas praktisi ini dimulai dari pembentukan komite pembelajaran. Komite pembelajaran yang terbentuk diharuskan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh P4TK PLB.  Saat itu, ada rasa yang tak biasa ketika didaulat oleh Kepala Sekolah untuk menjadi anggota Komite Pembelajaran PSP, sebagai perwakilan guru kelas 4 dari SDN Citalem, dan harus mengikuti pelatihan daring selama 8 hari yang diselenggarakan oleh P4TK PLB. Hal tersebut karena selama ini mengajar di kelas 6 jadi dalam pikiran terbersit mengapa saya diikutkan sedangkan guru yang bersangkutannya juga ada.


Dengan kegalauan hati, rasa tak percaya diri teriring penasaran besar tentang materi apa yang akan di berikan pada pelatihan tersebut, akhirnya mengikuti sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pada hari pertama, banyak kendala teknis yang dihadapi ketika mengikuti pelatihan.


Karena pelatihan dilaksanakan secara daring maka memerlukan penguasaan IT yang mumpuni dan tak kalah pentingnya sinyal internet yang stabil dan kuat. Beberapa kali terlempar dari Google Meet, namun tak membuat patah arang, mencoba kembali masuk dengan kuota seluler dan wifi sekolah secara bergantian.


Hari pertama terlewati dengan berdarah darah karena sering ditendang oleh jaringan internet yang tak menentu. Satu hal yang berkesan di hari itu yaitu sesi “perkenalan” di mana pada saat diminta memperkenalkan diri, laptop yang digunakan suaranya tidak keluar, sehingga tidak terdengar oleh semua peserta kelas daring. Dengan gugup karena tidak paham harus bagaimana, mencoba bertanya pada admin dan setelah mengikuti arahannya akhirnya bisa memperkenalkan diri.  Untuk materi pada hari itu tak banyak yang bisa diserap, tugas Asinkronous pun bertanya pada sesama guru peserta pelatihan dan teman satu kelas daring di WA Grup.


Hari kedua, kembali ke Google Meet berdasarkan kesepakatan kelas yang dibuat, materi disajikan secara jelas dan gamlang oleh tutor. Pada sesi tanya jawab serta diskusi, untuk menginisiasi laptop yang lagi lagi tidak keluar suaranya, dibantu dengan HP yang sama ditautkan ke kelas daring, jadi ketika harus berpendapat bahkan menjelaskan power point, laptop sebagai sarana penampil gambar (visual) dan HP sebagai sarana audionya (dua perangkat tergabung sekaligus).


Hari ketiga, kegiatan Google Meet berbarengan dengan tugas sebagai juri LBMKS tingkat kecamatan, di mana pada hari itu harus menjadi QM pada Lomba Cerdas Cermat daring. Tapi karena sedang mengikuti pelatihan QM diganti oleh juri lain dan tugas hanya di penulis skor. Perlu konsentrasi ekstra dalam mengikuti dua kegiatan secara bersamaan, karena keduanya adalah tugas yang harus terlaksana dengan sempurna.


Hari keempat hingga hari terakhir, pelatihan dapat diikuti. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, banyak waktu yang tercurah pada beragam kegiatan pelatihan itu baik di Sinkronous maupun pada Asinkronous. Terlebih pada penyelesaian tugas mandiri di SIM E Learning PSP yang begitu banyak hingga tak pelak larut malam baru selesai dan menguploadnya di pagi buta. Ada hal baru yang didapat, banyak teman baru yang ditemui, ada ilmu terserap meski bingung pada pengaplikasiannya, harus bagaimana dan mulai dari mana, semua itu menjadi pertanyaan besar dikala itu.


Satu hal yang paling penting setelah mengikuti pelatihan tersebut yaitu adanya perubahan mindset tentang cara  pandang, proses dan semua kegiatan berkait dengan belajar dan pembelajaran di sekolah. Dan ternyata... "Perubahan besar menuntut tanggung jawab besar"@Arus


C. Eksistensi Komunitas Praktisi


Keberadaan sebuah komunitas praktisi begitu penting peranannya dalam memfasilitasi pengembangan profesional guru, maka perlu eksistensi yang konsisten dalam membangun komunitas yang solid. Apalagi menghadapi implementasi Kurikulum Merdeka , peran komunitas merupakan suatu kebutuhan karena keberadaanya sangat diperlukan dalam hal kolaborasi untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Prosedurnya tergambar jelas di Platform Merdeka Mengajar (PMM), guru bersama komunitas mengikuti pelatihan mandiri, yang selanjutnya mendapat kesempatan menjadi penggerak komunitas.


Keaktifan komunitas praktisi bermanfaat untuk pengembangan diri dan praktik baik pendidikan yang berpihak pada murid. Pemanfaatan fitur-fitur digitalisasi sekolah seperti Platform Merdeka Mengajar (PMM) memberikan ruang bagi guru untuk belajar mandiri dan berkolaborasi melalui komunitas praktisi. Pembelajaran pada platform tersebut sangat berpengaruh besar pada rapor pendidikan satuan pendidikan. Melalui PMM, komunitas praktisi seperti KKG, KKKS, MGMP, dan MKKS akan memperlihatkan eksistensi untuk terus belajar, berproses, berinovasi, berkolaborasi, dan mengedukasi.


D. Peran Guru Dalam Komunitas Praktisi

Sebuah komunitas tidak akan berjalan sesuai harapan jika tidak ada tokoh yang menggerakan dan menjalankan kegiatan. Guru sebagai tokoh utama dalam sebuah komunitas praktisi. Dengan prinsip dari guru oleh guru dan untuk guru. Komunitas sebagai sarana dalam rangka pengembangan diri.


Saat ini, pemerintah telah meluncurkan Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP). Kehadiran guru penggerak diharapkan dapat menjadi motor dalam pengembangan komunitas baik di sekolah maupun di luar sekolah. Praktik dalam komunitas praktisi dapat dilakukan oleh guru penggerak dengan cara melakukan praktik mengajar dan interaksi dengan murid atau orang tua. Komunitas praktisi memberikan wadah bagi para guru termasuk guru penggerak untuk belajar dan mengembangkan diri. Guru penggerak juga dapat mengajak rekan guru lainnya untuk bergabung menjadi tim dan menggerakkan komunitas praktisi.


Selain itu, guru penggerak memiliki berbagai peran penting berkaitan dengan posisinya sebagai motor pengembangan komunitas praktisi. Peran guru penggerak dalam komunitas praktisi sebagai berikut: 1. Menganalisis kebutuhan belajar anggota. 2. Memfasilitasi rencana kegiatan belajar berdasarkan hasil analisis kebutuhan. 3. Mencari narasumber yang relevan terkait kebutuhan belajar. 4. Menyelenggarakan kegiatan belajar di komunitas. 5. Mendokumentasikan dan mempublikasikan hasil kegiatan.  6. Mendampingi rekan sejawat dalam mempraktikkan hasil belajar di komunitas. 7. Memfasilitasi evaluasi dan refleksi pembelajaran serta penerapan kegiatan.


 E. Strategi Pengembangan Komunitas Praktisi


Dalam upaya merawat keberlangsungan sebuah komunitas yang sudah dibangun, dibutuhkan strategi sebagai langkah pengembangan komunitas praktisi yang sudah berjalan. Tidak cukup dengan membangun, namun yang paling utama adalah merawat dan mengembangkan peran dan fungsi dari komunitas praktisi tersebut. Dalam praktiknya menjaga atau mengembangkan akan dirasa lebih seulit daripada membangun atau menggagas sebuah komunitas.


Beberapa upaya yang bisa menjadi strategi dalam pengembangan komunitas praktisi antara lain:

1.     1. Menyelenggarakan pertemuan belajar secara rutin Pertemuan rutin akan memperkuat proses belajar anggota di komunitas. Jadwal dan lamanya pertemuan rutin perlu disepakati oleh anggota komunitas agar anggota berkomitmen menghadiri pertemuan baik dalam bentuk tatap muka ataupun dalam jaringan. Pertemuan rutin juga memfasilitasi anggota komunitas untuk saling berbagi praktik baik yang dilakukan di ruang kelas dan dampaknya pada murid. Selanjutnya, pertemuan rutin harus sesuai dengan kebutuhan belajar anggota atau menyesuaikan dengan konteks masalah yang ingin dipecahkan.  


2.      2.  Mendorong dan mendampingi anggota komunitas menerapkan hasil belajar Guru harus dapat mendorong dan mendampingi anggota untuk mempraktikkan hasil belajar di Komunitas. Langkah-langkah mendorong dan mendampingi komunitas:


a.    Menyemangati rekan sejawat untuk mengapli[1]kasikan praktik baru di kelas masing-masing


b.      Menanyakan kesulitan dan tantangan saat mengaplikasikan praktik


c.       Menanyakan pengalaman menjalankan praktik baru di kelas


d.      Memberikan waktu kepada anggota untuk mengimplementasikan praktik baru. Idealnya sekitar 2-4 minggu.


e.      Mendorong anggota untuk mendokumentasikan kegiatan saat mengimplementasikan praktik baru. Baik praktik yang berhasil maupun yang belum berhasil.


f.      Mendokumentasikan dan membagikan hasil belajar Guru dan anggota Komunitas Praktisi bisa mendokumentasikan hasil kegiatan komunitas dan praktik baik yang telah dibagikan di komunitas dalam bentuk tulisan, rekaman audio atau video. Proses dokumentasi ini bermanfaat sebagai sumber belajar bagi anggota komunitas secara lebih luas. Selanjutnya, hasil dokumentasi dapat membagikan hasil pertemuan belajar atau liputan kegiatan pada kanal belajar yang   sudah disepakati sebelumnya baik di WhatsApp grup, Telegram, halaman Facebook atau website sekolah.


Publikasi konten pembelajaran atau praktik baik dapat menjadi bagian dari percakapan bermakna yang dapat dilakukan di Komunitas. Hasil dokumentasi juga dapat menjadi bagian dari cerita perubahan yang bermanfaat untuk proses monitoring dan evaluasi ketercapaian tujuan belajar anggota komunitas sehingga perlu dikelola dengan baik.


3.     3.  Merawat Keberlanjutan Merawat keberlanjutan Komunitas Praktisi adalah tahap untuk memastikan proses baik yang sudah berjalan di dalam komunitas akan terus memberi dampak positif bagi anggota komunitas dan murid walaupun terjadi perubahan- perubahan situasi yang berkaitan dengan Komunitas Praktisi.


4.     4.  Mengembangkan anggota menjadi Penggerak Komunitas Praktisi Dalam periode waktu tertentu, Guru perlu mengiden[1]tifikasi anggota-anggota yang berpotensi untuk menjadi penggerak untuk kemudian diberikan tanggung jawab sebagai pengelola kegiatan dengan peran yang berbeda[1]beda sehingga dapat memahami tantangan di setiap peran. Dengan demikian, anggota akan terbiasa menjadi penggerak dan bisa memastikan aktivitas Komunitas Praktisi sesuai tujuan dan kebutuhan anggota.


5.      5.  Menginisiasi kolaborasi  

      Komunitas Praktisi dapat mulai menginisiasi kolaborasi dengan pihak-pihak di luar komunitas yang dapat   memperkaya pembelajaran anggota dan dapat membantu anggota mencapai tujuan atau menyelesaikan masalah. Guru dapat mendorong anggota komunitas untuk terlibat dalam proyek-proyek kolaborasi tersebut.


F. Komite Pembelajaran


Terdapat istilah baru dari pelaksanaan program sekolah penggerak, salah satunya adalah komite pembelajaran. Komite Pembelajaran adalah sebuah tim di tingkat satuan pendidikan yang terdiri dari Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah dan Guru-guru yang dipilih oleh kepala sekolah. Komite pembelajaran adalah guru-guru yang mengajar ditingkatan kelas yang menerapkan Kurikulum Merdeka .


Tahun pertama program sekolah penggerak komite pembelajaran terbentuk atas Kepala Sekolah, Guru Kelas 1 dan Guru Kelas 4, Guru PAI dan PJOK yang melaksanakan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan di tahun pertama.


Pada tahun kedua komite pembelajaran bertambah dari unsur guru kelas 2 dan unsur guru kelas 5 sebagai pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka yang ditetapkan pemerintah. Peran komite pembelajaran sendiri di sekolah penggerak adalah sebagai berikut:


1.  Menyelenggarakan in-house training terkait pembelajaran dengan paradigma baru untuk guru-guru di sekolahnya


2. Menganalisis kebutuhan belajar guru dan menggerakkan Komunitas Praktisi di sekolahnya


3. Memfasilitasi pertemuan rutin setiap bulan untuk proses perencanaan pembelajaran bagi guru.

 

Sumber: Buku Dinamika Perjalananan Sekolah Penggerak-Para penulis adalah bagian dari Buku Dinamika Perjalanan Sekolah Pengerak dari SDN Citalem Cipongkor Kab.Bandung Barat.






×
               
         
close