Oleh: Wika Karina Damayanti, SH., M.Pd
(Kepala Seksi GTK SMP Disdik KBB)
Generasi Z lahir di tengah
perubahan teknologi digital. Arus globalisasi serta pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan diberbagai bidang mengiringi tumbuh kembang generasi ini. Generasi
Z disebut juga dengan i-Generation
atau generasi net/internet.
Anak generasi Z sejak kecil
telah terbiasa dengan gadget sehingga mereka cenderung memiliki kecerdasan
digital yang tinggi dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Jumlah
penduduk usia sekolah didominasi oleh generasi Z yang lahir pada tahun 1997
sampai dengan 2012. Generasi Z saat ini berusia antara 10 – 25 tahun, mereka
duduk dibangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi dan beberapa persen sudah
masuk kedalam dunia kerja. Dapat dikatakan bahwa bangku pendidikan saat ini
didominasi oleh generasi Z.
Ryan Jenkins (2017) menyatakan
bahwa generasi Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang
berbeda serta dinilai menantang bagi organisasi. Mereka memiliki karakter yang
sangat beragam serta global sehingga dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat
terhadap perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat. Disisi lain mereka mampu
memanfaatkan perubahan teknologi dengan baik dalam setiap aspek kehidupan. Bagi
generasi Z, penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sangat lazim
digunakan seperti layaknya mereka bernafas.
Sementara itu, Rasulullah saw
bersabda: "Ajarilah anak-anakmu
sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada
zamanmu". Hadits tersebut mengandung arti bahwa dunia akan selalu
mengalami perubahan. Orang tua dan guru dituntut untuk menyesuaikan pola asuh
serta pendidikan yang tepat bagi anak ditengah perkembangan zaman yang terjadi.
Baca juga: Literasi Digital
Pola pendidikan dengan sasaran generasi Z harus mengikuti karakteristik mereka yang kental dengan dunia teknologi serta internet. Sejak kecil generasi Z telah dikenalkan dengan gadget, internet, youtube, dan sosial media sehingga mereka tumbuh dengan memanfaatkan internet sebagai sumber pengetahuan dan interaksi sosial. Pola pendidikan untuk anak generasi Z akan berbeda dengan generasi sebelumnya, mereka tidak bisa diajarkan dengan menggunakan metode yang konvensional seperti ceramah saja.
Melalui kemajuan teknologi yang
pesat segala macam informasi dan pengetahuan tidak hanya didapatkan dari guru
semata, melainkan telah tersedia secara lengkap didalam gadget kecil dengan
memanfaatkan jaringan internet. Proses pembelajaran dengan sentuhan teknologi
digital menjadi pilihan terbaik bagi para pendidik untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuan serta mendorong kreativitas mereka.
Smartphone, sosial media, serta
beragam aplikasi menarik telah menjadi gaya hidup para generasi Z. Informasi
dan teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan para generasi ini karena
akses yang terbuka luas terhadap segala macam informasi. Para generasi Z
melakukan aktifitas bermain, belajar, dan bekerja dengan menggunakan gadget,
komputer, atau laptop. Mereka sangat mahir berselancar didunia maya dengan
memanfaatkan internet. Seolah memiliki kehidupan sendiri, dampak internet dan
gadget sangat besar bagi pembentukan karakter generasi ini. Oleh karena itu
para generasi Z harus dipersiapkan baik mental, pengetahuan, maupun karakternya
agar tidak salah arah dalam memanfaatkan perkembangan teknologi yang sangat
cepat melalui sistem pendidikan yang tepat.
Generasi Z cenderung lebih
mandiri dalam belajar, mereka dapat mencari materi yang sedang dipelajari
sendiri tanpa harus disuapi oleh guru. Guru berperan sebagai fasilitator serta
mendukung minat anak. Seluruh aktivitas pembelajaran harus melibatkan
partisipasi aktif anak. Guru diharapkan dapat memberi kesempatan kepada anak
untuk mengeksplorasi materi melalui berbagai sumber belajar. Kebebasan
berpendapat terkait dengan substansi pelajaran maupun proses pembelajaran dapat
mengasah kemampuan berfikir kritis dan menciptakan suasana belajar yang nyaman
serta kondusif. Pembelajaran untuk generasi Z harus disesuaikan dengan
karakteristik yang melekat pada mereka.
David Stillman dan Jonah
Stillman (2017) memberikan gambaran lebih komprehensif tentang karakter
generasi Z, yaitu: figital, fear of
missing out (FOMO), hiperkustomisasi, terpacu, realistis, weconomist, dan do it yourself (DIY).
Berikut adalah penjelasannya.
Karakter figital
Karakter figital mengarah kepada
hadirnya dunia dimana tidak ada perbedaan antara fisik dan juga digital. Kata
figital merupakan penggabungan antara fisik dan digital. Bagi generasi Z dunia
fisik sama dengan dunia digital, yang telah menjadi kebutuhan sehari-hari.
Karakter ini memunculkan pola pembelajaran berbasis digital atau pembelajaran
jarak jauh, yang saat ini sudah diterapkan dalam rangka pandemic covid. Guru
harus mampu mengikuti trend digital dengan memanfaatkan internet dalam proses
pembelajaran. Pemberian tugas kepada anak yang biasanya berupa tugas tertulis,
bergeser kepada tugas berfikir kritis dan kreatif dalam bentuk pembuatan proyek
dan video. Berbagai platform dapat digunakan dalam pembelajaran, seperti google classroom, zoom, webex, quiziz,
whatsapp, dll.
Karakter fear of missing out (FOMO)
Karakter FOMO atau takut
melewatkan sesuatu merupakan salah satu sifat dari generasi Z. Rasa ingin tahu
yang besar serta kemudahan mencari informasi menjadi pemacu bagi anak untuk
selalu mencari tahu informasi dari berbagai sumber. Mereka terhubung secara
aktif dengan komunitasnya melalui sosial media. Berbagai informasi bisa
didapatkan dengan mudah, namun tidak semua informasi dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau hoax. Peran guru sangat penting dalam
mengakurasi berbagai informasi yang didapatkan anak, serta mengedukasi
bagaimana memilah informasi yang positif dan negatif.
Karakter hiperkustomisasi
Kemampuan kustomisasi merupakan
salah satu kelebihan dari generasi Z, yaitu menyesuaikan atau memodifikasi
sesuatu agar sesuai dengan dirinya. Mereka dapat menentukan kebutuhannya
sendiri. Aktifitas berselancar didunia maya merupakan cara mereka dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam proses pembelajaran, menentukan cara belajar
sesuai dengan minat merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Guru harus
memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari sumber belajar diluar aktivitas
kelas.
Karakter terpacu
Sifat kompetitif yang tinggi
menjadi salah satu karakter dari generasi Z. Anak menjadi kompetitif dengan
berbagai potensi yang dimiliki. Peran guru adalah bagaimana memfasilitasi jiwa
kompetitif anak untuk menciptakan suatu inovasi dan meningkatkan berbagai
kemampuan yang dimilikinya. Sifat kompetitif ini memotivasi anak untuk terpacu
menjadi yang terbaik.
Karakter realistis
Sifat realistis dimiliki oleh
generasi Z. Mereka cenderung berorientasi pada masa kini, namun sangat terbuka
terhadap segala perubahan yang mengarah kepada kemajuan. Sikap realistis
menjadi tameng untuk bertahan dan melangkah maju. Dalam proses pembelajaran
sikap realistis perlu diwujudkan dalam bentuk praktek riil serta ilmu yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter weconomist
Karakter weconomist atau ekonomi
berbagi merupakan ciri dari generasi Z yang selalu hidup berdampingan dengan
kelompoknya. Kepekaan terhadap lingkungan sosial menjadi bagian dari
weconomist, mereka dapat berkomunikasi dan melihat dunia melalui gadget dalam
genggaman tangan. Implementasi karakter ini dalam pembelajaran berupa
kolaborasi tugas kelompok. Tugas yang tepat diberikan untuk generasi Z adalah
tugas proyek untuk melatih kepemimpinan, kerjasama, serta toleransi dalam
kelompok.
Karakter do it yourself (DIY)
Generasi Z memiliki kemandirian
yang tinggi dan dapat melakukan banyak hal sendiri (DIY), hanya dengan bermodal
tutorial dari youtube. Pembelajaran yang menarik serta beragam dapat mendorong
kreativitas anak untuk menciptakan inovasi yang bermanfaat.
Akhirnya, perubahan zaman menuntut para pengikutnya untuk terus belajar agar dapat berjalan beriringan serta tidak tertinggal. Penyesuaian pendidikan dengan karakteristik zaman yang selalu berubah perlu dilakukan supaya anak dapat berkembang sesuai dengan minatnya serta mendapatkan bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan yang menantinya. Iklim belajar yang kondusif perlu diciptakan guna membangun self regulation bagi diri anak, serta pemberian berbagai stimulan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik, dan sosial anak sebagai optimalisasi potensi yang dimiliki. Pendidikan yang baik diharapkan mampu membentuk generasi Z menjadi generasi penerus bangsa yang beriman serta berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa. WikaKd.